بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله ، وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه
، أما بعد
Diriwayatkan dari Anas رضي الله عنه, dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم, bahawa bagimda bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ
حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ
“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih
dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (Riwayat
Bukhari dan Muslim)
Hadis sahih di atas adalah dalil
tentang wajibnya mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم
dengan cinta tertinggi.
Yakni kecintaan yang benar-benar melekat di hati yang
mengalahkan kecintaan kita terhadap apapun dan siapapun di dunia ini. Bahkan
meskipun terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita, seperti anak-anak
dan ibu bapa kita. Bahkan cinta Rasul itu harus pula mengalahkan kecintaan kita
terhadap diri kita sendiri.
Dalam Sahih Bukhari diriwayatkan,
bahawa Umar bin Khathab رضي الله عنه
berkata kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم :
لأَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ
مِنْ نَفْسِيْ . فَقَالَ : لاَ وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ
إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ . فَقَالَ : لَهُ عُمَرُ : فَإِنَّكَ اْلآنَ أَحَبُّ إِلَيَّ
مِنْ نَفْسِيْ . فَقَالَ : اْلآنَ يَا عُمَرُ
“Sesungguhnya engkau wahai
Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain
diriku sendiri.” Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, ‘Tidak, demi Zat yang jiwaku ada di
TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’. Maka Umar
berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku
sendiri.’ Maka Nabi صلى الله عليه وسلم
bersabda, ‘Sekarang (telah sempurna kecintaanmu/imanmu padaku) wahai Umar.” (Riwayat
Bukhari).
Demikian pula, mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم wajib melebihi kecintaan kita kepada kedua
orangtua, anak, keluarga, dan harta benda. Ini disebutkan sebagaimana hadis-hadis sahih berikut ini:
Dari Anas رضي
الله عنه, dari Nabi صلى الله عليه وسلم,
bahawa beliau bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ
وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah (sempurna) iman salah
seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya,
anaknya dan segenap umat manusia.”
Dari Anas رضي
الله عنه, ia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah (sempurna) iman seorang
hamba sehingga aku lebih dicintainya daripada keluarganya, hartanya dan segenap
umat manusia.”
Kecintaan sejati kepada Rasulullah صلى الله عليه
وسلم menyebabkan
seseorang itu dapat merasakan manisnya iman. Ini disebutkan dalam hadis sahih
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Anas رضي الله عنه, dari Nabi صلى
الله عليه وسلم, beliau bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ
فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اِلإِيْمَانِ : أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
“Ada tiga perkara yang
bila seseorang memilikinya, nescaya akan merasakan manisnya iman, ‘Iaitu,
kecintaannya pada Allah dan RasulNya lebih dari cintanya kepada selain
keduanya……”.( Riwayat Bukhari dan Muslim )
Orang yang mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan
benar akan dikumpulkan oleh Allah
bersama-sama dengan baginda di akhirat kelak. Ini berdasarkan hadis sahih berikut ini:
عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ: وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ. قَالَ
حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
قَالَ أَنَسٌ فَمَا
فَرِحْنَا بَعْدَ الإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِىِّ صلى الله
عليه وسلم: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ
أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “seseorang datang menemui Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan berkata: “Wahai Rasulullah,bilakah
akan terjadi hari kiamat?” beliau bersabda: “Apa yang telah engkau persiapkan
untuk menghadapinya?” ia menjawab: “kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.” Lalu beliau bersabda: “sesungguhnya
engkau akan bersama-sama dengan orang yang engkau cintai.” ( Riwayat muslim
dan Ahmad)
Anas berkata; 'Tidak ada yang lebih menyenangkan
hati kami setelah masuk Islam selain sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang
berbunyi: 'Sesungguhnya kamu akan bersama orang yang kamu cintai.' Anas
berkata; 'Kerana
saya mencintai Allah, Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, maka saya berharap kelak
akan bersama mereka meskipun saya tidak dapat beramal seperti mereka.’” ( Riwayat muslim dan Ahmad)
Allah mengancam siapa saja yang mencintai
seseorang, samada kedua orang tuanya, anak-anaknya, isteri, kerabatnya (keluarganya), atau harta benda dan tempat tinggal melebihi
kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya. Sebagaimana firman Allah:
قُلْ إِنْ كَانَ
آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ
تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي
سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي
الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: “Jika
bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad
di jalannya, Maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan Keputusan-Nya”. dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24).
Cinta Rasul صلى الله عليه وسلم tidaklah
berupa peringatan-peringatan tertentu atau pada waktu-waktu tertentu. Cinta itu
haruslah benar-benar murni dari lubuk hati seorang mukmin dan sentiasa terpatri
di hati. Sebab dengan cinta itulah hatinya menjadi hidup, melahirkan amal soleh
dan menahan dirinya dari kejahatan dan dosa.
Adapun di antara tanda-tanda cinta sejati kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah
deperti:
a. Berkeinginan Keras
untuk Dapat Melihat dan Bertemu dengan Rasulullah صلى
الله عليه وسلم , dan Merasa berat Bila Kehilangan Kesempatan itu
Tanda dan bukti cinta Rasul ini sudah diwujudkan oleh para sahabat dengan sempurna.
b. Mentaati beliau dengan
menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Pecinta sejati Rasul manakala mendengar Nabi صلى الله عليه وسلم memerintahkan sesuatu akan segera
menunaikannya. Ia tidak akan meninggalkannya meskipun itu bertentangan dengan
keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan mendahulukan ketaatannya kepada
isteri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya kepada Nabi صلى الله عليه وسلم lebih dari segala-galanya. Dan
memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya.
Adapun
orang yang dengan mudahnya menyalahi dan meninggalkan perintah-perintah Nabi صلى الله عليه وسلم serta menerjang berbagai kemungkaran maka pada
dasarnya dia jauh lebih mencintai dirinya sendiri. Sehingga kita saksikan dengan mudahnya ia meninggalkan solat lima waktu,
padahal Nabi صلى الله عليه وسلم sangat
mengagungkan perkara solat, hingga ia diwasiatkan pada detik-detik akhir
sakaratul mautnya. Dan orang jenis ini, akan dengan ringan pula melakukan
berbagai larangan agama lainnya.
c. Menolong dan mengagungkan beliau صلى الله عليه
وسلم dan
sunnahnya.
Dan ini telah dilakukan oleh para sahabat sesudah baginda
wafat. Yakni dengan menjadikannya sebagai pegangan, menyebarkan dan
mengagungkan sunnah-sunnahnya di tengah-tengah kehidupan umat manusia, biarpun
seberapa besar tentangan dan risiko yang dihadapinya.
d. Tidak menerima
sesuatupun perintah dan larangan kecuali melalui beliau صلى الله عليه وسلم, rela dengan apa yang beliau tetapkan,
serta tidak merasa sempit dada dengan sesuatu pun dari sunnahnya.
Hal ini sebagaimana Allah عزّوجلّ berfirman:
فَلا وَرَبِّكَ لا
يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي
أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمَا
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa’: 65).
Adapun selain beliau, hingga para ulama dan solehin
maka mereka adalah pengikut Nabi صلى الله عليه وسلم.
Tidak seorang pun dari mereka boleh diterima perintah atau larangannya kecuali
berdasarkan apa yang datang dari Nabi صلى الله عليه
وسلم.
e. Mengikuti beliau صلى الله عليه وسلم dalam segala hal
dan perkara.
Dalam perkara solat, wudhu’, makan, tidur , bergaul, dan lain sebagainya. Juga berakhlak dengan
akhlak beliau صلى الله عليه وسلم dalam kasih
sayangnya, rendah hatinya, kedermawanannya,
kesabaran dan zuhudnya, dan lainnya. Allah عزّوجلّ berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21)
f. Memperbanyak mengingati dan bersalawat atas Nabi صلى
الله عليه وسلم.
Dalam perkara salawat Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barangsiapa bersalawat atasku sekali, nescaya Allah bersalawat atasnya
sepuluh kali.” ( Riwayat Muslim )
Adapun bentuk salawat atas Nabi صلى الله عليه وسلم adalah sebagaimana yang beliau ajarkan.
Salah seorang sahabat bertanya tentang bentuk salawat tersebut, beliau
menjawab: “Ucapkanlah:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَّمَدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
“Ya Allah, bersalawatlah
atas Muhammad dan keluarga Muhammad” ( Riwayat Bukari dan Muslim )
g. Mencintai orang-orang
yang dicintai Nabi صلى الله عليه وسلم.
Seperti Abu Bakar, Umar, Uthman, Ali, Aisyah, Fatimah radhiallahu anhum
dan segenap orang-orang yang disebutkan hadis bahawa beliau صلى الله عليه وسلم
mencintai mereka. Kita harus mencintai orang yang dicintai beliau dan
membenci orang yang dibenci beliau صلى الله عليه وسلم.
Lebih dari itu, hendaknya kita mencintai segala sesuatu yang dicintai Nabi,
termasuk ucapan, perbuatan dan sesuatu lainnya.
Terdapat beberapa amalan yang dapat dilakukan agar
kita mampu mewujudkan kecintaan sejati kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Di antaranya:
a. Hendaknya kita ingat
bahawa Nabi صلى الله عليه وسلم adalah orang yang paling baik dan
paling berjasa kepada kita, bahkan hingga dari kedua ibubapa kita sendiri. Beliaulah yang mengeluarkan kita
dari kegelapan kepada cahaya, yang menyampaikan agama dan kebaikan kepada kita,
yang memperingatkan kita dari kemungkaran. Dan kalau bukan keranarahmat Allah
yang mengutus beliau صلى الله عليه وسلم,
tentu kita telah tenggelam dalam kesesatan.
b. Renungkanlah perjalanan
hidup Nabi صلى الله عليه وسلم, jihad dan
kesabarannya serta apa yang beliau korbankan demi tegaknya agama ini, dalam
menyebarkan tauhid serta memadamkan syirik, sungguh suatu upaya yang tidak dapat
dijangkau oleh siapapun.
c. Renungkanlah keagungan akhlak Nabi صلى الله عليه
وسلم, sifat dan sikapnya yang sempurna, rendah hati kepada kaum
mukminin dan keras terhadap orang-orang munafik dan musyrikin, pemberani,
dermawan dan penyayang. Cukuplah sanjungan Allah عزّوجلّ atas beliau صلى الله عليه وسلم:
وَ إِنَّكَ لَعَلَى
خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sungguh engkau memiliki akhlak yang agung” (Al-Qalam: 4)
d. Mengetahui kedudukan
beliau صلى الله عليه وسلم di sisi
Allah عزّوجلّ. Beliau صلى الله عليه وسلم adalah orang yang paling
mulia di antara segenap umat manusia, penutup para Nabi, yang diberikan keistimewakan
pada hari Kiamat atas segenap Nabi untuk memberikan syafa’at uzhma (agung),
yang memiliki maqam mahmud (kedudukan terpuji), orang yang pertama kali membuka
pintu Syurga serta berbagai keutamaan beliau lainnya.
Para ulama berpendapat bahawa syafa'at agung inilah yang
dimaksud dengan Al-Maqamul Mahmud
(kedudukan terpuji) yang dijanjikan Allah untuk hamba pilihan-Nya iaitu Nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم dan inilah yang selalu kita ucapkan dalam doa kita
selepas mendengar adzan:
وَابْعَثْهُ
مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ
"Dan berikanlah kepadanya (Nabi Muhammad)
kedudukan terpuji yang Engkau janjikan."
Dalam
sebuah hadis yang panjang disebutkan bahawa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
"Pada hari kiamat, Allah akan mengumpulkan semua manusia dari yang pertama
hingga terakhir di sebuah padang yang luas. Maka sebahagian mereka berkata kepada yang
lain: 'Tidakkah kalian merasakan apa yang sedang menimpa kita ketika
ini? Tidakkah kalian berupaya untuk mencari seseorang yang dapat
memberikan syafa'at kepada kita semua?' Maka mereka pun mendatangi bapa mereka,
Adam (عليه
السلام), dan
berkata kepadanya: 'Wahai Adam, engkau bapa kami maka berikan syafa'at kepada
kami, tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami?' Adam menjawab:
'Sesungguhnya saat ini Rabbku sedang murka dengan kemurkaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak
akan pernah terjadi sesudahnya, Dia telah melarangku mendekati sebuah pohon
kemudian aku melanggar
larangan-Nya, pergilah kepada selain aku!' Mereka pun datang kepada Nuh (عليه السلام) dan berkata: 'Wahai Nuh, engkau adalah
rasul pertama kepada penduduk bumi, berikan syafa'at kepada kami di sisi
Rabbmu, tidakkah engkau melihat apa yang terjadi pada kami?' Nuh pun
mengemukakan uzurnya dan berkata: 'Sesungguhnya Allah sedang marah dengan
kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terjadi
setelahnya, pergilah kepada selain aku!' Maka pergilah mereka kepada Ibrahim (عليه السلام) dan berkata: 'Wahai Ibrahim, engkau
adalah nabi Allah dan kekasih-Nya, tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami
alami ketika
ini?' Maka dijawablah dengan jawaban yang sama: 'Pergilah kepada selain aku,
pergilah kepada Musa!' Maka pergilah mereka kepada Musa (عليه السلام) dan berkata: 'Wahai Musa, engkau adalah
Rasul Allah, Allah memilihmu untuk menerima risalah-Nya dan untuk menjadi orang
yang diajak-Nya bicara, berikanlah syafa'at kepada kami di sisi Rabbmu,
tidakkah engkau melihat apa yang sedang menimpa kami?' Maka Musa (عليه السلام) pun menjawab dengan jawapan yang sama dan mengemukakan
udzurnya: 'Pergilah kepada selain aku, pergilah kepada Isa.' Maka pergilah
mereka kepada lsa (عليه
السلام) dan
berkata: 'Wahai Isa, engkau adalah Rasul Allah dan Kalimah-Nya yang ditiupkan kepada Maryam
dan engkau adalah ruh yang berasal dari-Nya,
berikanlah syafa'at kepada kami di
sisi Rabbmu! Tidakkah engkau melihat apa yang sedang menimpa kami?' Isa pun
menjawab dengan jawapan yang sama dan berkata: 'Pergilah kepada Muhammad
hamba yang telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Maka
pergilah mereka kepadaku dan berkata: ‘Wahai Muhammad, engkau adalah Rasul
Allah dan penutup para nabi, telah diampuni dosamu yang lalu dan yang akan
datang, berikanlah syafa'at kepada kami! Tidakkah engkau melihat apa yang
sedang menimpa kami?' Maka aku pun berdiri menuju ke bawah Arsy dan bersungkur
sujud kepada Rabbku, maka Dia pun menerimaku dan mengilhamkan kepadaku beberapa
kalimah pujian yang tidak pernah
diilhamkan kepada seorang pun selainku. Kemudian Dia berfirman: 'Wahai
Muhammad, angkatlah kepalamu! Mintalah, nescaya akan diberikan apa yang kamu minta, dan
berikanlah syafa'at nescaya akan diperkenankan syafa'atmu."' (RiwayatBukharidan
Muslim)
SALAWAT :
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَعَلَى
أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ أَهْلِ بَيْتِهِ وَعَلَى
أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
“Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad,
keluarganya, isteri-isterinya dan keturunannya sebagaimana Engkau telah
memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi
Mahaagung. Berilah kurnia kepada Muhammad, keluarganya, isteri-isterinya dan
keturunannya sebagaimana Engkau telah memberikan kurnia kepada keluarga
Ibrahim, sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung.” ( Riwayat Bukhari dan Muslim, namun lafaz ‘ahlu
baitihi’ adalah pada riwayat Ahmad dan Thahawi )
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ،
اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
“Ya Allah berikanlah rahmat
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim,
sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung. Ya Allah berilah kurnia kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan kurnia
kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi
Mahaagung”. ( Riwayat Bukhari, Muslim dan lainnya)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَآلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَآلِ
إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
“Ya Allah berikanlah rahmat
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim,
sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung. Dan berikanlah kurnia kepada Muhammad dan
keluarga Muhammad sebagaimana Engkau
telah memberikan kurnia kepada Ibrahim dan
keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung”. (Riwayat Ahmad, Nasa’I dan Abu Ya’la dengan sanad sahih)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّـيِّ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
النَّبِيِّ الْأُمِّـيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ.إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
“Ya Allah berikanlah rahmat
kepada Muhammad Nabi yang ummi dan
kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada
keluarga Ibrahim, dan berikanlah kur kepada Muhammad Nabi yang ummi dan
keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi kurnia kepada keluarga
Ibrahim di seluruh alam, sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung”.
(Riwayat Muslim, Abu Awanah, Ibnu Abi Syaibah, Abu Dawud dan Nasa’i, disahkan oleh
Hakim )
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ
“Ya Allah berikanlah rahmat
kepada Muhammad, hamba-Mu dan Rasul-Mu, sebagaimana Engkau telah memberikan
rahmat kepada keluarga Ibrahim dan berilah kurnia kepada Muhammad, hamba-Mu dan
Rasul-Mu dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan kurnia
kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.” (Riwayat Bukhari Nasa’i, Thahawi, Ahmad, Ismail
al-Qadhi dalam kitab Fadhlush Shalah ‘alan Nabiyyi)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ
حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
“Ya Allah berikanlah rahmat
kepada Muhammad, kepada para isterinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau
telah memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim; dan berikanlah kurnia kepada
Muhammad kepada para isterinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah
memberikan kurnia kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi
Mahaagung”.(Riwayat Bukhari, Muslim dan Nasa’i)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَبَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَآلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
“Ya Allah berikanlah rahmat
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad dan berilah kurnia kepada Muhammad dan
keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat dan kurnia kepada
Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung.”
(Riwayat Nasa’i, Thahawi, Abu Sa’id ibnul
‘Arabi dalam al-Mu’jam dengan sanad sahih.)
------Sifat Solat Nabi صلى الله عليه وسلم oleh Syeikh Al-Albani رحمه الله.