001. (Yaa siin) hanya
Allahlah yang mengetahui maksudnya.
002. (Demi Alquran yang
penuh hikmah) yang padat dengan hikmah-hikmah, susunan kata-katanya amat
mengagumkan dan makna-maknanya sangat indah lagi memukau.
003. (Sesungguhnya kamu)
hai Muhammad (salah seorang dari rasul-rasul.)
004. (Yang berada di atas)
berta'alluq kepada ayat sebelumnya (jalan yang lurus) jalannya para nabi
sebelum kamu, yaitu jalan tauhid dan hidayah. Ungkapan yang memakai kata
pengukuh sumpah dan pengukuh lainnya, dimaksud sebagai sanggahan terhadap
perkataan orang-orang kafir yang ditujukan kepada Nabi Muhammad, yaitu
sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Kamu bukan seorang yang
dijadikan rasul." (Q.S. Ar-Ra'd 43.)
005. (Sebagai wahyu yang
diturunkan oleh Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Penyayang)
kepada makhluk-Nya. Khabar dari Mubtada diperkirakan keberadaannya, yaitu lafal
Alquran. Maksudnya, Alquran ini sebagai wahyu yang diturunkan.
006. (Agar kamu memberi
peringatan) dengan Alquran itu (kepada kaum) lafal Litundzira berta'alluq
kepada lafal Tanziilun (yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan)
mereka belum pernah diberi peringatan karena hidup di zaman fatrah atau zaman
kekosongan nabi dan rasul (karena itu mereka) yakni kaum itu (dalam keadaan
lalai) lalai dari iman dan petunjuk.
007. (Sesungguhnya telah
pasti berlaku perkataan) yakni ketentuan Allah telah pasti (terhadap kebanyakan
mereka) yakni azab-Nya telah pasti atas mereka (karena mereka tidak beriman)
kebanyakan dari mereka tidak beriman.
008. (Sesungguhnya Kami
telah memasang belenggu di leher mereka) tangan mereka disatukan dengan leher
mereka dalam satu belenggu, karena pengertian lafal Al-Ghillu ialah mengikatkan
kedua tangan ke leher (lalu tangan mereka) yaitu tangan-tangan mereka diangkat
dan disatukan (ke dagu) mereka, lafal Adzqaan bentuk jamak dari lafal Dzaqanun
yaitu tempat tumbuh janggut (maka karena itu mereka tertengadah) kepala mereka
terangkat dan tidak dapat ditundukkan. Ini merupakan tamtsil, yang dimaksud
ialah mereka tidak mau taat untuk beriman, dan mereka sama sekali tidak mau
menundukkan kepalanya dalam arti kata tidak mau beriman.
009. (Dan Kami adakan di
hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding) lafal Saddan dalam dua
tempat tadi boleh dibaca Suddan (dan Kami tutup -mata- mereka sehingga mereka
tidak dapat melihat.) Ini merupakan tamtsil yang menggambarkan tertutupnya
jalan iman bagi mereka.
010. (Sama saja bagi
mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka) dapat dibaca Tahqiq dan
dapat pula dibaca Tas-hil (ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka,
mereka tidak akan beriman.)
011. (Sesungguhnya Kamu
hanya dapat memperingati) yakni akan dapat mengambil manfaat dari peringatanmu
(orang yang mau mengikuti peringatan) petunjuk Alquran (dan yang takut kepada
Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun Dia tidak melihat-Nya) yakni ia tetap takut
kepada-Nya sekalipun ia tidak melihat-Nya. (Maka berilah ia kabar gembira
dengan ampunan dan pahala yang mulia) yaitu mendapat surga.
012. (Sesungguhnya Kami
menghidupkan orang-orang mati) yakni menghidupkannya kembali (dan Kami
menuliskan) di Lohmahfuz (apa yang telah mereka kerjakan) selama hidup di dunia
berupa kebaikan dan keburukan, lalu Kami membalasnya kepada mereka (dan
bekas-bekas yang mereka tinggalkan) hal-hal yang dijadikan panutan dari
perbuatan mereka sesudah mereka tiada (serta segala sesuatu) dinashabkannya
lafal Kulla oleh pengaruh Fiil atau kata kerja yang menjelaskannya, yaitu
kalimat berikutnya (Kami catat) Kami kumpulkan satu persatu secara mendetail
(di dalam kitab induk yang nyata) yaitu di Lohmahfuz.
013. (Dan buatlah)
adakanlah (buat mereka suatu perumpamaan) lafal Matsalan adalah Maf'ul Awal
(yaitu penduduk) lafal Ashhaaba ini menjadi Maf'ul yang kedua (suatu negeri)
yaitu kota Inthakiah (ketika datang kepada mereka) lafal ayat ini sampai akhir
ayat berkedudukan menjadi Badal Isytimal dari lafal Ashhaabal Qaryah
(utusan-utusan) utusan-utusan Nabi Isa.
014. (Yaitu ketika Kami
mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya) ayat
ini seluruhnya berkedudukan sebagai Badal dari lafal Idz yang pertama (kemudian
Kami kuatkan) kedua utusan itu; lafal ayat ini dapat dibaca Takhfif sehingga
bunyinya menjadi Fa'azaznaa dapat pula dibaca Tasydid, sehingga bunyinya
menjadi Fa'azzaznaa (dengan -utusan- yang ketiga, maka ketiga utusan itu
berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepada
kalian.")
015. (Mereka menjawab,
"Kalian tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha
Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun. Tidak lain) (kalian hanyalah pendusta
belaka.")
016. (Mereka berkata,
"Rabb kami mengetahui) kalimat ayat ini mengandung makna qasam, kemudian
pengukuhannya ditambah dengan adanya huruf Lam pada lafal Lamursaluuna, sebagai
sanggahan terhadap perkataan mereka (bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang diutus kepada kalian.)
017. (Dan kewajiban kami
tidak lain hanyalah menyampaikan -perintah Allah- dengan jelas")
menyampaikan yang jelas dan gamblang melalui mukjizat-mukjizat yang terang,
yaitu dapat menyembuhkan orang buta, yang berpenyakit supak, dan dapat
menghidupkan orang mati.
018. (Mereka menjawab,
"Sesungguhnya kami bernasib malang) mengalami kesialan (karena kalian)
kami mengalami kekeringan dan tidak pernah turun hujan sebab ada kalian
(sesungguhnya jika) huruf Lam di sini bermakna qasam (kalian tidak berhenti
-menyeru kami-, niscaya kami akan merajam kalian) dengan batu-batu (dan kalian
pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.") siksa yang menyakitkan.
019. (Utusan-utusan itu
berkata, "Kemalangan kalian) yakni kesialan kalian itu (adalah karena
kalian sendiri") disebabkan ulah kalian sendiri karena kafir. (Apakah
jika) Hamzah Istifham digabungkan dengan In Syarthiyah, keduanya dapat dibaca
Tahqiq, dan dapat pula dibaca Tas-hil (kalian diberi peringatan) yakni diberi
nasihat dan peringatan; jawab Syarath tidak disebutkan. Lengkapnya ialah apakah
jika kalian diberi peringatan lalu kalian bernasib sial karenanya lalu kalian
kafir? Pengertian terakhir inilah objek daripada Istifham atau kata tanya.
Makna yang dimaksud adalah sebagai cemoohan terhadap mereka. (Sebenarnya kalian
adalah kaum yang melampaui batas) karena kemusyrikan kalian.
020. (Dan datanglah dari
ujung kota seorang laki-laki) Habib An Najjar atau Habib si tukang kayu; dia
telah beriman kepada utusan-utusan Nabi Isa, dan tempat tinggalnya berada di
ujung kota Inthakiyah (dengan bergegas-gegas) lari dengan cepat, tatkala ia
mendengar berita bahwa kaumnya mendustakan utusan-utusan itu (ia berkata, "Hai
kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.)
021. (Ikutilah) lafal ayat
ini mengukuhkan makna lafal yang sama pada ayat sebelumnya (orang yang tiada
minta balasan kepada kalian) atas misi risalah yang disampaikannya itu (dan
mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk) lalu dikatakan kepadanya,
"Kamu seagama dengan mereka."
022. Lalu laki-laki itu
berkata, ("Mengapa aku tidak menyembah -Tuhan- yang telah menciptakan aku)
yang telah menjadikan aku. Maksudnya, tidak ada yang mencegahku untuk
menyembah-Nya, karena ada bukti-buktinya yang jelas, seharusnya kalian
menyembah Dia (dan hanya kepada-Nya kalian semua akan dikembalikan?) sesudah
mati, kemudian Dia akan membalas kekafiran kalian itu.
023. (Mengapa aku akan
menjadikan) Istifham atau kata tanya di sini mengandung arti kalimat negatif;
dan lafal ayat ini sama dengan lafal A-andzartahum tadi, yaitu dapat dibaca
Tahqiq dan Tashil (selain Allah) yakni selain-Nya (sebagai tuhan-tuhan -yang
disembah-) maksudnya berhala-berhala (jika Allah Yang Maha Pemurah menghendaki
kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit
pun bagi diriku) seperti yang kalian dugakan itu (dan mereka tidak -pula- dapat
menyelamatkanku) lafal ayat ini menjadi sifat bagi lafal Aalihatan.
024. (Sesungguhnya aku
kalau begitu) seandainya aku menyembah selain Allah (berada dalam kesesatan
yang nyata) benar-benar sesat.
025. (Sesungguhnya aku
telah beriman kepada Rabb kalian, maka dengarkanlah pengakuan
keimananku.") dengarkanlah perkataanku ini. Lalu mereka merajamnya hingga
mati.
026. (Dikatakan) kepadanya
sesudah ia mati, ("Masuklah ke surga") menurut suatu pendapat
dikatakan, bahwa Habib An Najjar itu masuk ke dalam surga dalam keadaan hidup.
(Ia berkata, "Aduhai!) huruf Ya di sini menunjukkan makna tanbih atau
penyesalan (sekiranya kaumku mengetahui.)
027. (Apa yang menyebabkan
Rabbku memberi ampun kepadaku) yakni penyebab Allah memberikan ampunan
kepadanya (dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.")
028. (Dan tiadalah) Maa
bermakna Nafi (Kami turunkan kepada kaumnya) kaum Habib An Najjar (setelah dia
meninggal) sesudah Habib mati karena dirajam oleh mereka (suatu pasukan pun
dari langit) yaitu malaikat-malaikat untuk membinasakan mereka (dan tidak layak
Kami menurunkannya) menurunkan Malaikat untuk membinasakan seseorang.
029. (Tidak ada siksaan)
yakni hukuman atas mereka (melainkan satu teriakan saja) malaikat Jibril
berteriak keras kepada mereka (maka tiba-tiba mereka semuanya mati) tak
bergerak lagi, mati semuanya.
030. (Alangkah besarnya
penyesalan terhadap hamba-hamba itu) terhadap mereka dan orang-orang yang
seperti mereka, yaitu orang-orang yang mendustakan rasul-rasul, karena akhirnya
mereka dibinasakan. Yang dimaksud dengan penyesalan di sini adalah perasaan
sakit yang amat sangat akibat suara malaikat Jibril. Kata Nida atau kata seru
pada lafal Yaa hasratan hanyalah merupakan kata kiasan, maknanya sudah saatnya
bagimu, maka menghadaplah kamu (tiada datang seorang rasul pun kepada mereka
melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya) ungkapan-ungkapan ini untuk
menjelaskan penyebab dari penyesalan tadi. Di dalamnya terkandung pengertian
ejekan mereka yang menyebabkan diri mereka binasa, setelah itu mereka menyesal
karenanya.
031. (Tidakkah mereka
mengetahui) yakni penduduk Mekah yang mengatakan kepada Nabi saw. sebagaimana
yang disitir oleh firman-Nya, "Kamu bukan seorang yang dijadikan
rasul." (Q.S. Ar-Ra'd, 43.) Istifham atau kata tanya pada ayat ini
mengandung makna Taqrir yakni ketahuilah oleh kalian (berapa banyak) lafal Kam
mengandung makna kalimat berita, yakni banyak sekali; maknanya, sesungguhnya
Kami (telah Kami binasakan sebelum mereka) amatlah banyak (umat-umat)
bangsa-bangsa. (Bahwasanya mereka itu) orang-orang yang telah Kami binasakan
(kepada mereka) yaitu orang-orang yang mendustakan Nabi saw. (tiada kembali)
apakah mereka tidak mengambil pelajaran darinya. Lafal Annahum dan seterusnya
berkedudukan menjadi Badal dari kalimat sebelumnya, dengan memelihara makna
yang telah disebutkan.
032. (Dan tiadalah) bila
dianggap sebagai In Nafiyah. Sesungguhnya, bila dianggap sebagai In Mukhaffafah
dari Inna (masing-masing) dari semua makhluk, Kullun berkedudukan menjadi
Mubtada (melainkan) apabila dibaca Tasydid artinya sama dengan lafal illa. Jika
dibaca Takhfif yaitu menjadi Lamaa, maka huruf Lamnya adalah Lam Fariqah dan
huruf Ma-nya adalah Zaidah (dikumpulkan) menjadi Khabar dari Mubtada, yakni
dihimpunkan (kepada Kami kembali) untuk menjalani penghisaban; lafal ayat ini
menjadi Khabar kedua
033. (Dan suatu tanda bagi
mereka) yang menunjukkan bahwa mereka akan dibangkitkan kembali, lafal ayat ini
berkedudukan menjadi Khabar Muqaddam (adalah bumi yang mati) dapat dibaca Al
Maytati atau Al Mayyitati (Kami hidupkan bumi itu) dengan air, menjadi Mubtada
Muakhkhar (dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian) seperti gandum (maka
daripadanya mereka makan.)
034. (Dan Kami jadikan
padanya kebun-kebun) ladang-ladang (kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya
beberapa mata air) dari sebagian kebun-kebun itu.
035. (Supaya mereka dapat
makan dari buahnya) dapat dibaca Tsamarihi atau Tsumurihi, yakni buah pohon
yang telah disebutkan tadi, yaitu buah kurma dan buah-buah lainnya (dan dari
apa yang diusahakan oleh tangan mereka) bukan dari hasil buah-buahan. (Maka
mengapakah mereka tidak bersyukur?) atas nikmat-nikmat Allah yang telah
dilimpahkan kepada mereka.
036. (Maha Suci Allah yang
telah menciptakan pasangan-pasangan) yang berjenis-jenis (semuanya, baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi) berupa biji-bijian dan lain-lainnya (dan dari
diri mereka) yaitu jenis pria dan wanita (maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui) yaitu makhluk-makhluk yang ajaib dan aneh.
037. (Dan suatu tanda bagi
mereka) yang menunjukkan kekuasaan Allah yang besar (adalah malam; Kami
tanggalkan) Kami pisahkan (siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka
berada dalam kegelapan) mereka memasuki kegelapan malam hari.
038. (Dan matahari
berjalan) ayat ini dan seterusnya merupakan bagian daripada ayat Wa-aayatul
Lahum, atau merupakan ayat yang menyendiri, yakni tidak terikat oleh ayat
sebelumnya demikian pula ayat Wal Qamara, pada ayat selanjutnya (di tempat
peredarannya) tidak akan menyimpang dari garis edarnya. (Demikianlah)
beredarnya matahari itu (ketetapan Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya
(lagi Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya.
039. (Dan bagi bulan)
dapat dibaca Wal Qamaru atau Wal Qamara, bila dibaca nashab yaitu Wal Qamara
berarti dinashabkan oleh Fiil sesudahnya yang berfungsi menafsirkannya yaitu
(telah Kami tetapkan) bagi peredarannya (manzilah-manzilah) sebanyak dua puluh
delapan manzilah selama dua puluh delapan malam untuk setiap bulannya. Kemudian
bersembunyi selama dua malam, jika bilangan satu bulan tiga puluh hari, dan
satu malam jika bilangan satu bulan dua puluh sembilan hari (sehingga
kembalilah ia) setelah sampai ke manzilah yang terakhir, menurut pandangan mata
(sebagai bentuk tandan yang tua) bila sudah lanjut masanya bagaikan ketandan,
lalu menipis, berbentuk sabit dan berwarna kuning.
040. (Tidaklah mungkin
bagi matahari) tidak akan terjadi (mendapatkan bulan) yaitu matahari dan bulan
bersatu di malam hari (dan malam pun tidak dapat mendahului siang) malam hari
tidak akan datang sebelum habis waktu siang hari. (Dan masing-masing) matahari,
bulan dan bintang-bintang. Tanwin lafal Kullun ini merupakan pergantian dari
Mudhaf Ilaih (pada garis edarnya) yang membundar (beredar) pada garis edarnya
masing-masing. Di dalam ungkapan ini benda-benda langit diserupakan sebagai
makhluk yang berakal, karenanya mereka diungkapkan dengan lafal Yasbahuuna.
041. (Dan suatu tanda bagi
mereka) yang menunjukkan kekuasaan Kami (adalah bahwa Kami angkut keturunan
mereka) menurut qiraat yang lain lafal Dzurriyyatahum dibaca dalam bentuk jamak
sehingga bacaannya menjadi Dzurriyyaatihim, maksudnya ialah kakek moyang mereka
(dalam bahtera) yakni perahu Nabi Nuh (yang penuh muatan) dipadati penumpang.
042. (Dan Kami ciptakan
untuk mereka seperti bahtera itu) seperti perahu Nabi Nuh, perahu kecil dan
besar yang dibuat oleh mereka sesudahnya, bentuknya sama dengan perahu Nabi
Nuh. Ini berkat apa yang telah Allah swt. ajarkan kepada Nabi Nuh (yang akan
mereka kendarai) mereka berlayar dengannya.
043. (Dan jika Kami
menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka) sekalipun memakai perahu (maka
tiadalah penolong) yakni penyelamat (bagi mereka dan tidak -pula- mereka
diselamatkan) ditolong sehingga selamat.
044. (Tetapi -Kami
selamatkan mereka- karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan
kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika) tiada yang menyelamatkan mereka
melainkan rahmat Kami kepada mereka; dan karena Kami hendak memberikan
kesenangan hidup kepada mereka sampai batas ajal mereka.
045. (Dan apabila
dikatakan kepada mereka, "Takutlah kalian akan siksa yang di hadapan
kalian) berupa azab di dunia sebagaimana apa yang telah menimpa orang-orang
selain mereka (dan siksa yang akan datang) yaitu azab di akhirat (supaya kalian
mendapat rahmat") tetapi mereka tetap berpaling.
046. (Dan sekali-kali
tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka
melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.)
047. (Dan apabila
dikatakan) berkata sahabat-sahabat yang miskin (kepada mereka,
"Nafkahkanlah) sedekahkanlah kepada kami (sebagian dari rezeki yang
diberikan Allah kepada kalian") berupa harta benda (maka orang-orang yang
kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman,) dengan nada yang sinis
sebagai ejekan yang ditujukan kepada mereka, ("Apakah kami akan memberi
makanan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan
memberinya makan) sesuai dengan keyakinan kalian itu. (Tiada lain kalian) yaitu
apa yang kalian katakan kepada kami, padahal kalian mempunyai keyakinan bahwa
Allah pasti memberi makan kalian (melainkan dalam kesesatan yang nyata")
yakni jelas sesatnya. Ditegaskannya lafal Al Ladziina Kafaruu mengandung arti
yang mendalam.
048. (Dan mereka berkata,
"Bilakah terjadinya janji ini?) yakni hari berbangkit (jika kalian
orang-orang yang benar?") mengenai apa yang kalian katakan.
049. Allah berfirman,
("Mereka tidak menunggu) menanti-nanti (melainkan satu teriakan saja),
yaitu tiupan malaikat Israfil yang pertama (yang akan membinasakan mereka
ketika mereka sedang bertengkar") lafal Yakhishshimuuna pada asalnya
adalah Yakhtashimuuna, kemudian harakat Ta dipindahkan kepada Kha, lalu Ta
diidgamkan kepada Shad. Maksudnya, mereka dalam keadaan lalai dari kedatangan
hari kiamat, disebabkan mereka sibuk dalam pertengkaran mereka, jual beli yang
mereka lakukan, makan, dan minum serta kesibukan-kesibukan lainnya. Menurut
qiraat yang lain lafal Yakhishshimuuna mempunyai Wazan sama dengan lafal
Yadhribuuna, artinya sebagian dari mereka bertengkar dengan sebagian yang lain.
050. (Lalu mereka tidak
kuasa membuat suatu wasiat pun) tidak dapat berwasiat (dan tidak pula dapat
kembali kepada keluarganya) dari pasar dan dari tempat-tempat kesibukan mereka,
semuanya mati di tempatnya masing-masing.
051. (Dan ditiuplah
sangkakala) yaitu tiupan yang kedua untuk membangkitkan makhluk supaya hidup
kembali; jarak antara dua tiupan, yakni tiupan pertama dengan tiupan kedua
lamanya empat puluh tahun (maka tiba-tiba mereka) orang-orang yang telah
terkubur itu (dari kuburnya) dari tempat mereka dikubur (Keluar dengan segera
menuju kepada Rabb mereka) mereka keluar dengan cepat lalu menuju kepada-Nya.
052. (Mereka berkata)
orang-orang kafir di antara manusia, ("Aduhai!) Ya di sini menunjukkan
makna Tanbih (celakalah kami) binasalah kami lafal Wailun adalah Mashdar yang
tidak mempunyai Fi'il dari lafalnya. (Siapakah yang membangkitkan kami dari
tempat tidur kami -kubur-?") karena mereka seolah-olah dalam keadaan tidur
di antara kedua tiupan itu, maksudnya mereka tidak diazab. (Inilah) kebangkitan
ini (yang) telah (dijanjikan yang Maha Pemurah dan benarlah) mengenainya
(Rasul-rasul-Nya) mereka mengakui atas kebenaran yang telah dikatakan oleh para
rasul, tetapi pengakuan mereka tidak bermanfaat lagi. Menurut pendapat yang
lain, bahwa kalimat tersebut dikatakan kepada mereka.
053. (Tiadalah teriakan
itu selain sekali teriakan saja, tiba-tiba mereka semua kepada Kami) di hadapan
Kami (dikumpulkan.)
054. (Pada hari itu
seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kalian tidak dibalasi, kecuali)
dengan balasan (apa yang telah kalian kerjakan.)
055. (Sesungguhnya
penghuni surga pada hari itu dalam kesibukan) mereka tidak menghiraukan lagi
apa yang dialami oleh ahli neraka, karena mereka sibuk dengan
kenikmatan-kenikmatan yang sedang mereka rasakan, seperti memecahkan selaput
dara bidadari-bidadari; mereka tidak mempunyai kesibukan yang membuat mereka
lelah atau payah, karena di dalam surga tidak ada kelelahan. Lafal Syughulin
dapat pula dibaca Syughlin (bersenang-senang) yakni bergelimangan di dalam
kenikmatan. Lafal Faakihuuna menjadi Khabar kedua dari Inna, sedangkan Khabar
yang pertama adalah Fii Syughulin.
056. (Mereka) lafal Hum
menjadi Mubtada (dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh) lafal
Zhilaalun ini adalah bentuk jamak dari lafal Zhillun atau Zhillatun; menjadi
Khabar Mubtada; arti Zhillun adalah tidak terkena panas matahari maksudnya
teduh. (Di atas dipan-dipan) lafal Araa-iki adalah bentuk jamak dari lafal
Ariikah, adalah ranjang atau permadani yang tebal (mereka bersandaran)
bertelekan di atas dipan-dipan; lafal ayat ini menjadi Khabar kedua dan menjadi
tempat berta'alluqnya Alal Araaaiki.
057. (Di surga itu mereka
memperoleh buah-buahan dan mereka memperoleh pula) di dalamnya (apa yang mereka
minta) apa yang mereka dambakan.
058. (Kepada mereka
dikatakan, "Salaam") kedudukan kalimat ini menjadi Mubtada (sebagai
ucapan selamat) yang menjadi Khabarnya ialah (dari Rabb Yang Maha Penyayang)
kepada mereka, yakni Dia mengucapkan kepada mereka, "Kesejahteraan atas
kalian."
059. (Dan) Dia berfirman
pula, ("Berpisahlah kalian dan orang-orang mukmin pada hari ini hai
orang-orang yang berbuat jahat) mereka diperintahkan supaya berpisah di kala
mereka bercampur dengan orang-orang mukmin.
060. (Bukankah Aku telah
memerintahkan kepada kalian hai Bani Adam) melalui lisan Rasul-rasul-Ku (supaya
kalian tidak menyembah setan) jangan menaatinya. (Sesungguhnya setan itu adalah
musuh yang nyata bagi kalian") yakni jelas permusuhannya.
061. (Dan hendaklah kalian
menyembah-Ku) yakni esakanlah Aku dan taatilah Aku. (Inilah jalan) maksudnya
tuntunan (yang lurus.)
062. (Sesungguhnya setan
itu telah menyesatkan sebagian besar di antara kalian) lafal Jibillan adalah
bentuk jamak dari Jabiilun seperti wazan Qadiimun, artinya makhluk. Menurut
qiraat yang lain dibaca Jibullan dengan harakat Dhammah pada huruf Ba. (Maka
apakah kalian tidak memikirkan?) tentang permusuhan setan dan penyesatannya;
atau azab yang bakal menimpa mereka, yang karenanya mereka lalu mau beriman.
Dikatakan kepada mereka di akhirat nanti:
063. (Inilah Jahanam yang
kalian dahulu diancam) dengannya.
064. (Masuklah ke dalamnya
pada hari ini disebabkan kalian dahulu mengingkarinya.)
065. (Pada hari ini Kami
tutup mulut mereka) mulut orang-orang kafir, karena mereka mengatakan, yaitu
sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Demi Allah, Rabb kami, tiadalah
kami mempersekutukan Allah." (Q.S. 6 Al An'am, 23) (Dan berkatalah kepada
Kami tangan mereka dan kaki mereka memberi kesaksian) juga anggota-anggota
mereka lainnya (terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan) setiap anggota tubuh
mengucapkan apa yang telah diperbuatnya.
066. (Dan jika Kami
menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mereka) Kami jadikan penglihatan
mereka buta sama sekali (lalu mereka berlomba-lomba) bersegera (-mencari-
jalan) untuk pergi sebagaimana kebiasaan mereka. (Maka betapakah) bagaimanakah
(mereka dapat melihat) jalan itu, jika mereka dalam keadaan buta? Yakni mereka
pasti tidak akan dapat melihat jalan itu.
067. (Dan jika Kami
menghendaki pastilah Kami ubah mereka) diubah menjadi kera, babi atau batu (di
tempat mereka berada) menurut qiraat yang lain lafal Makanatihim dibaca dalam
bentuk jamak, yaitu Makaanaatihim, yaitu di tempat-tempat mereka (maka mereka
tidak sanggup berjalan dan tidak pula sanggup kembali) yakni mereka tidak dapat
pergi dan tidak dapat pulang kembali.
068. (Dan barang siapa
yang Kami panjangkan umurnya) yaitu diperpanjang ajalnya (niscaya dia Kami
kembalikan) menurut qiraat yang lain tidak dibaca Nunakkis-hu melainkan
Nunkis-hu yang berasal dari Mashdar At-Tankiis, yakni mengembalikannya (kepada
kejadiannya) sehingga setelah ia kuat dan muda lalu menjadi tua dan lemah
kembali. (Maka apakah mereka tidak memikirkan?) bahwasanya Dzat Yang Maha Kuasa
memperbuat demikian, berkuasa pula untuk membangkitkan hidup kembali, oleh
karenanya mereka lalu mau beriman kepada-Nya. Menurut qiraat yang lain lafal
Ya'qiluuna dibaca Ta'qiluuna dengan memakai huruf Ta.
069. (Dan Kami tidak
mengajarkan kepadanya) yakni kepada Nabi saw. (tentang syair) ayat ini
diturunkan sebagai sanggahan terhadap perkataan orang-orang kafir, karena
mereka telah mengatakan, bahwa sesungguhnya Alquran yang didatangkan olehnya
adalah syair (dan bersyair itu tidak layak) tidak mudah (baginya.) (Alquran itu
tiada lain) apa yang diturunkan kepadanya, tiada lain (hanyalah pelajaran) nasihat
(dan Kitab yang memberi penerangan) yang menjelaskan tentang hukum-hukum dan
lain-lainnya.
070. (Supaya dia memberi
peringatan) dengan Alquran itu; lafal Liyundzira dapat pula dibaca Litundzira
artinya supaya kamu memberi peringatan dengan Alquran itu (kepada orang-orang
yang hidup) hatinya, maksudnya tanggap terhadap apa-apa yang dinasihatkan
kepada mereka; mereka adalah orang-orang mukmin (dan supaya pastilah ketetapan)
azab (terhadap orang-orang kafir) mereka diserupakan orang mati, karena mereka
tidak tanggap terhadap apa-apa yang dinasihatkan kepada mereka.
071. (Dan apakah mereka
tidak melihat) tidak memperhatikan, Istifham di sini mengandung makna Taqrir
dan huruf Wau yang masuk kepadanya merupakan huruf 'Athaf (bahwa Kami telah
menciptakan untuk mereka) ini ditujukan kepada segolongan manusia (dari apa
yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami) dari hasil ciptaan Kami tanpa
sekutu dan tanpa pembantu (yaitu berupa binatang ternak) unta, sapi, dan
kambing lalu mereka menguasainya?) dapat memeliharanya.
072. (Dan Kami tundukkan
binatang-binatang itu) Kami jadikan mereka tunduk (untuk mereka; maka
sebagiannya menjadi tunggangan mereka) menjadi kendaraan mereka (dan
sebagiannya mereka makan.)
073. (Dan mereka
memperoleh padanya manfaat-manfaat) yakni dari bulu unta, kambing, dan dombanya
(dan minuman) dari air susunya, lafal Masyaarib adalah bentuk jamak dari lafal
Masyrab yang bermakna Asy-Syurb atau minuman, makna yang dimaksud adalah tempat
minum. (Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?) kepada Allah Yang telah
melimpahkan nikmat-nikmat itu kepada mereka, lalu karenanya mereka mau beriman.
Makna yang dimaksud ialah mereka tidak mensyukurinya.
074. (Mereka mengambil
selain Allah) selain-Nya (sebagai sesembahan-sesembahan) berhala-berhala yang
mereka sembah (agar mereka mendapat pertolongan) terhindar dari azab Allah,
karena mendapat syafaat dari tuhan-tuhan sesembahan mereka itu, ini menurut
dugaan mereka sendiri.
075. (Berhala-berhala itu
tidak akan dapat) yakni sesembahan-sesembahan mereka itu tidak dapat menolong.
Ungkapan kata berhala memakai jamak untuk orang yang berakal hanyalah sebagai
kata kiasan saja, yakni mereka dianggap sebagai makhluk yang berakal (menolong
mereka padahal berhala-berhala itu) sesembahan-sesembahan mereka itu (menjadi
tentara mereka) menurut dugaan mereka, yaitu tentara yang siap menolong mereka
(yang disiapkan) di dalam neraka bersama mereka.
076. (Maka janganlah
ucapan mereka menyedihkan kamu) seperti ucapan, bahwa kamu bukanlah seseorang
yang diutus oleh Allah dan ucapan-ucapan lainnya. (Sesungguhnya Kami mengetahui
apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan) dari
perkataan-perkataan semacam itu dan yang lainnya, kelak Kami akan membalasnya
kepada mereka.
077. (Apakah manusia tidak
memperhatikan) apakah ia tidak mengetahui, orang yang dimaksud adalah Ashi bin
Wail (bahwa Kami menciptakannya dari setitik air) yakni air mani, hingga Kami
jadikan ia besar dan kuat (maka tiba-tiba ia menjadi penentang) yakni sangat
memusuhi Kami (yang nyata) jelas menentangnya, tidak mau percaya kepada adanya
hari berbangkit.
078. (Dia membuat
perumpamaan bagi Kami) mengenai hal tersebut (dan dia lupa kepada kejadiannya)
berasal dari air mani, dan terlebih lagi ia lupa kepada hal-hal yang selain itu
(ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah
hancur luluh?") hancur berantakan, di dalam ungkapan ini tidak dikatakan
Ramiimatun, karena isim bukan sifat. Menurut suatu riwayat dikisahkan bahwa
Ashi bin Wail mengambil sebuah tulang yang telah hancur, kemudian ia
cerai-beraikan tulang itu di hadapan Nabi saw. seraya berkata, "Apakah
kamu berpendapat, bahwa Allah nanti akan menghidupkan kembali tulang ini
sesudah hancur luluh dan berantakan ini?" Maka Nabi saw. menjawab,
"Ya, Dia akan memasukkanmu ke neraka."
079. (Katakanlah! "Ia
akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya yang pertama kali. Dan Dia
tentang segala makhluk) semua yang diciptakan-Nya (Maha Mengetahui) secara
global dan rinci, baik sebelum mereka diciptakan maupun sesudahnya.
080. (Yaitu Tuhan yang
menjadikan untuk kalian) yakni segolongan umat manusia (dari kayu yang hijau)
yakni kayu pohon Marakh dan Affar atau semua jenis pohon selain pohon anggur
(api, maka tiba-tiba kalian nyalakan -api- dari kayu itu.") kalian membuat
api daripadanya. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah swt. yang mampu untuk
menghidupkan kembali manusia yang mati. Karena sesungguhnya di dalam kayu yang
hijau itu terhimpun antara air, api, dan kayu; maka air tidak dapat memadamkan
api, dan pula api tidak dapat membakar kayu.
081. (Dan tidakkah Tuhan
yang menciptakan langit dan bumi itu) padahal langit dan bumi itu sangat besar
(berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu) yaitu manusia yang kecil
bentuknya itu. (Benar) Dia berkuasa untuk menciptakannya, di sini Allah swt.
menjawab diri-Nya sendiri. (Dan Dialah Maha Pencipta) banyak ciptaan-Nya (lagi
Maha Mengetahui) segala sesuatu.
082. (Sesungguhnya
perkara-Nya) keadaan-Nya (apabila Dia menghendaki sesuatu) yakni berkehendak
menciptakan sesuatu (hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah," maka
terjadilah ia) berujudlah sesuatu itu. Menurut qiraat yang lain lafal Fayakuunu
dibaca Fayakuna karena diathafkan kepada lafal Yaquula.
083. (Maka Maha Suci Allah
Yang dalam genggaman-Nya kekuasaan) lafal Malakuutu pada asalnya adalah Mulki
kemudian ditambahkan huruf Wawu dan Ta untuk menunjukkan makna mubalaghah,
artinya kekuasaan atas (segala sesuatu dan kepada-Nyalah kalian dikembalikan)
kelak di akhirat.