1. Perintah Menutup Perhiasan dan Larangan Menampakkannya Kepada Kaum Laki-Laki
Perhiasan yang harus ditutupi di dalam ayat ini secara umum
mencakup pakaian luar yang dihiasi dengan hiasan-hiasan yang menarik perhatian
kaum laki-laki, bukan hanya perhiasan khusus seperti anting-anting, gelang
tangan, gelang kaki, kalung cincin, atau yang seumpamanya.
Syeikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa'di رحمه الله menjelaskan tentang firman
Allah عزّوجلّ:
"...Dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya" . Perhiasan yang dimaksud ialah
seperti pakaian yang
indah, perhiasan-perhiasan, serta seluruh badan, semuanya termasuk
perhiasan (dalam ayat ini)".
(Tafsir al-Karimurrahman
lit Tafsiril Kalamil Mannan, Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di)
Adapun laki-laki yang boleh melihat perhiasan seorang wanita,
sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, ada dua belas golongan saja, iaitu
ayahnya, suaminya, mertuanya, putera-puteranya, putera-putera suaminya,
saudara-saudaranya, putera-putera saudaranya, putera-putera saudarinya, sesama
kaum muslimah, budak-budaknya, pelayan laki-laki yang tidak bersyahwat terhadap
wanita, dan anak-anak kecil yang belum mengerti tentang aurat wanita.
2. Perintah Menutup dan Larangan
Membuka Kepala Serta Dada
Perintah menutup dengan menjuntaikannya sampai ke dada adaiah demi
sempurnanya apa yang dilakukan oleh para wanita ketika menutupi perhiasannya.
Hal ini menunjukkan bahawa perhiasan yang haram ditampakkan memang mencakupi
seluruh badan sebagaimana yang telah disebutkan.
Penutup (tudung ) ialah kain yang dipakai untuk menutup kepala
yang menjuntai hingga menutupi dada sehingga tidak ada bahagian kepala dan
dada, termasuk rambut, yang terlihat sedikit pun. Penutup (tudung) sebegini
diperintahkan untuk dikenakan dari atas kepala menjuntai sampai menutupi dada
kaum wanita agar mereka menutupi apa yang ada di baliknya, iaitu dada dan
payudaranya. Ini supaya mereka boleh menyelisihi gaya kaum wanita masa
jahiliyah yang mana mereka tidak menutup kepala dan leher serta dadanya.
Malahan wanita jahiliyah itu biasa berjalan di antara laki-laki dalam keadaan
dadanya terbuka dan tidak menutupinya sedikit pun sehingga terlihatlah leher,
hujung rambut serta anting-anting yang ada di telinganya. Oleh sebab itulah
Allah عزّوجلّ memerintahkan kaum
mukminat agar menutupinya sesuai bentuk serta keadaannya yang sempurna. (Tafsir
Ibnu Kathir)
3. Larangan Membunyikan (menghentak)
Kaki Ketika Berjalan
Imam Ibnu Kathir رحمه الله mengatakan
tentang ayat di atas: "Di masa jahiliyah dahulu apabila para wanita
berjalan di jalan-jalan sedangkan mereka mengenakan gelang kaki tetapi tidak
bersuara (suaranya tidak didengar) maka mereka pun menghentakkan kaki mereka ke
tanah sehingga kaum laki-laki pun mengetahui bunyi gemerincingnya. Lalu Allah pun
melarang kaum mukminat dari perbuatan tersebut. Yang termasuk larangan seperti
itu juga ialah apabila ada suatu perhiasannya yang tertutup lalu ia
menggerak-gerakkannya dengan gerakan tertentu dengan tujuan menampakkan sesuatu
yang tersembunyi di dalamnya, maka itu masuk dalam larangan ini berdasarkan
ayat ini. Demikian juga para mukminat dilarang dari berwangi-wangian dengan
wangian ketika keluar rumah dengan tujuan agar kaum laki-laki mencium baunya."
(Tafsir Ibnu Kathir)
4. Perintah Berjilbab
Berjilbab bukan kewajiban para
istri Rasulullah صلى الله عليه وسلم sahaja,
tidak juga hanya kewajiban wanita-wanita Arab, sebagaimana sangkaan sebahagian
kaum muslimin. Namun, jelas dari ayat di atas difahami bahwa berjilbab
merupakan kewajiban seluruh wanita beriman, samada isteri Rasulullah صلى الله
عليه
وسلم, anak-anak perempuan beliau mahupun para wanita beriman
manapun. Hanya saja Allah Ta'ala memerintahkan itu melalui lisan
Rasul-Nya.
Jilbab ialah sejenis baju kurung
yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Syeikh Abdurrahman
as-Sa'di رحمه الله tatkala
menjelaskan makna firman Allah (yang ertinya) "Hendaklah mereka
menghulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka", beliau mengatakan:
(Jilbab itu) berupa (pakaian) yang
dikenakan di atas pakaian, iaitu berupa selimut luas atau
kerudung, selendang dan seumpamanya. Maknanya, hendaknya mereka menutup
wajah-wajah serta dada-dada mereka dengannya." (Tafsir al-Karimurrahman
lit Tafsiril Kalamil Mannan, Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di)
5. Perintah Menetap di Rumah dan
Larangan Mempamerkan Kecantikan Serta Keindahan Diri
Syeikh Abdurrahman bin Nashi'r
as-Sa'di رحمه الله mengatakan
tentang makna ayat : " menetaplah kalian di rumah kalian sebab hal itu
lebih selamat dan lebih memelihara diri kalian". Beliau menerangkan makna
ayat : " janganlah banyak keluar dengan bersolek atau mempamerkan
semerbak harum kalian sebagaimana kebiasaan ahli jahiliyah yang dahulu yang
tidak tahu ilmu dan batas agama. Semua ini demi mencegah munculnya kejahatan
dan sebab-sebabnya."
Imam Ibnu Kathir رحمه الله mengatakan: " tetaplah di
rumah-rumah kalian dan jangan keluar tanpa hajat (keperluan). Termasuk
hajat-hajat syar'i yang membolehkan wanita keluar rumah ialah solat di masjid
dengan persyaratannya, sebagaimana sabda Rasulullah صلى الله عليه
وسلم: "Janganlah
kalian mencegah isteri-isteri dan puteri-puteri kalian dari masjid Allah. Namun
hendaklah mereka keluar dalam keadaan berjilbab". Dan dalam riwayat
lain disebutkan: "Dan
rumah mereka adalah lebih baik bagi mereka".
Adapun yang termasuk dalam hukum
firman Allah عزّوجلّ : ...dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, antara lain:
1. Keluar rumah dan berjalan di antara
kaum laki-laki.
2. Keluar rumah dan berjalan
berlenggak-lenggok, berlagak genit menggoda.
3. Tabarruj ialah mengenakan penutup (tudung) di
atas kepala dengan tidak merapikannya agar dapat menutupi rantai
perhiasan, anting-anting, serta lehernya, tapi semua kelihatan. Itulah tabarruj
jahiliyah yang makin meluas dan dilakukan juga oleh kaum mukminat.
Dan hukum dalam ayat ini tidak
hanya bagi para isteri dan anak-anak perempuan beliau saja, namun berlaku juga
bagi kaum mukminat seluruhnya. Imam Ibnu Kathir رحمه الله ketika mentafsirkan ayat di
atas mengatakan: "Semua ini merupakan adab dan tatacara yang Allah سبحانه و تعالى perintahkan kepada para isteri
Nabi صلى
الله عليه وسلم. Adapun kaum wanita umat ini seluruhnya sama hukumnya dengan
mereka dalam masalah ini."
(Tafsir al-Karimurrahman
lit Tafsiril Kalamil Mannan, Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di dan Tafsir
Ibnu Kathir)
MUHASABAH
Berkata Al-Hasan bin Ali
radhiallahu ‘anhuma: “Generasi sebelum kamu (para sahabat) melihat Quran
sebagai risalah (surat) dari Tuhan mereka. Mereka bertadabbur pada waktu malam.
Dan beramal dengan hukum hakamnya pada waktu siang”. (At Tibyan: 28).
Memahami al Quran
Muhammad ayat 24
(Setelah diterangkan yang demikian)
maka adakah mereka sengaja tidak berusaha memahami serta memikirkan isi
Al-Quran? Atau telah ada di atas hati mereka kunci penutup (yang menghalangnya
daripada menerima ajaran Al-Quran)?
Al Anbiya’ ayat 3
Dengan keadaan hati mereka leka
daripada memahami dan mengamalkan maksudnya.
Al Qamar ayat 22
Dan demi sesungguhnya! Kami telah
mudahkan Al-Quran untuk peringatan dan pengajaran, maka adakah sesiapa yang
mahu mengambil peringatan dan pelajaran (daripadanya)?
Al Furqon ayat 50
Dan demi sesungguhnya! Kami telah
berulang-ulang kali menyebarkan hujjah-hujjah di antara manusia melalui
Al-Quran supaya mereka berfikir (mengenalku serta bersyukur); dalam pada itu
kebanyakan manusia tidak mahu melainkan berlaku kufur.
Al Furqon ayat 44
Atau adakah engkau menyangka bahawa
kebanyakan mereka mendengar atau memahami (apa yang engkau sampaikan kepada
mereka)? Mereka hanyalah seperti binatang ternak, bahkan (bawaan) mereka lebih
sesat lagi.
Ar Rad ayat 19
Maka adakah orang yang mengetahui
bahawa Al-Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu (wahai Muhammad)
perkara yang benar, sama dengan orang yang buta matahatinya? Sesungguhnya
orang-orang yang mahu memikirkan hal itu hanyalah orang-orang yang berakal
sempurna.