يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاءِ ۚ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
32 Wahai isteri-isteri Nabi, kamu semua bukanlah seperti mana-mana perempuan yang lain kalau kamu tetap bertaqwa. Oleh itu janganlah kamu berkata-kata dengan lembut manja (semasa bercakap dengan lelaki asing) kerana yang demikian boleh menimbulkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya (menaruh tujuan buruk kepada kamu), dan sebaliknya berkatalah dengan kata-kata yang baik (sesuai dan sopan).
O wives of the Prophet, you are not like anyone among women. If you fear Allah, then do not be soft in speech [to men], lest he in whose heart is disease should covet, but speak with appropriate speech.
Yakni, jika mereka bertakwa kepada Allah, maka mereka akan mengungguli kaum wanita dan tidak akan
dikejar oleh yang lain. Maka mereka menyempurnakan takwa dengan mengerjakan semua sarana kepada takwa dan maksudnya. Oleh karena itulah, di ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengarahkan mereka untuk memutuskan sarana-sarana yang dapat mengarah kepada yang haram.
Dengan laki-laki atau ketika mereka mendengarkan suaramu. Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam ayat tersebut menggunakan kata-kata, “Falaa takhdha’na bil qauli” (jangan kamu tunduk dalam bicara) tidak “Falaa talinna bil qauli” (jangan kamu lembut dalam suara), karena yang dilarang adalah ucapan lembut yang di sana terdapat ketundukan wanita kepada laki-laki dan jatuh di hadapan mereka. Ucapan lembut yang disertai ketundukan itulah yang membuat laki-laki tergoda, akan tetapi ucapan lembut yang di sana tidak terdapat ketundukan, bahkan terkadang terdapat ketinggian di hadapan musuh, maka yang demikian tentu tidak membuat lawan bicaranya menjadi suka. Oleh karena itulah, Allah memuji Rasul-Nya karena kelembutannya (lihat surah Ali Imran: 159) dan memerintahkan Musa dan Harun ‘alaihimas salam untuk berkata lembut kepada Fir’aun (lihat surah Thaha: 43-44).
Yang dimaksud dengan orang yang ada penyakit dalam hatinya adalah orang yang mempunyai niat berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina. Orang yang hatinya tidak sehat sangat mudah sekali tergerak hatinya karena melihat atau mendengar sesuatu yang membangkitkan syahwat. Adapun orang yang sehat hatinya dari penyakit hati, maka tidak ada syahwat terhadap yang diharamkan Allah, tidak membuatnya cenderung dan tidak tergerak olehnya. Berbeda dengan orang yang sakit hatinya, maka ia tidak mampu menahan seperti yang dilakukan oleh orang yang sehat hatinya, dan tidak bersabar seperti kesabarannya. Sehingga ketika ada sebab kecil pun yang mengarah kepada yang haram, maka orang yang hatinya ada penyakit akan mudah mengikutinya dan tidak mau menolaknya.
Ayat, “Sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya,” di samping memerintahkan untuk menjaga kemaluan dan sebagai pujian terhadap laki-laki yang menjaganya dan perempuan yang menjaganya serta larangan mendekati zina, juga menunjukkan bahwa sepatutnya seorang hamba apabila melihat keadaan seperti ini dalam dirinya, dan merasa senang mengerjakan yang haram saat melihat atau mendengar ucapan orang yang menginginkannya, serta mendapatkan pendorong ketamakannya dan telah mengarah kepada yang haram, maka kenalilah bahwa itu adalah penyakit. Oleh karena itu, hendaknya ia berusaha memperkecil penyakit ini dan memutuskan pikiran-pikiran buruk yang melintas di hati serta berusaha menyelamatkan dirinya dari penyakit berbahaya ini, serta meminta perlindungan dan taufik kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan bahwa yang demikian termasuk menjaga farji yang diperintahkan.
Dalam ayat ini terdapat dalil, bahwa sarana dihukumi dengan tujuannya, karena melembutkan suara pada asalnya adalah mubah, akan tetapi karena hal itu menjadi sarana kepada yang haram, maka diharamkan pula. Oleh karena itu, selayaknya bagi kaum wanita tidak melunakkan suaranya ketika berbicara dengan laki-laki.
Setelah Allah melarang mereka melembutkan suara, mungkin timbul persangkaan, bahwa kalau demikian berarti mereka diperintahkan untuk mengeraskan suara, maka anggapan seperti ini ditolak dengan firman-Nya, “dan ucapkanlah perkataan yang baik.” Yakni ucapkanlah perkataan yang tidak kasar, namun tidak pula terlalu lembut.
This Ayah is addressed to the wives of the Prophet who chose Allah and His Messenger and the Home of the Hereafter, and remained married to the Messenger of Allah . Thus it was befitting that there should be rulings which applied only to them, and not to other women, in the event that any of them should commit open Fahishah. Ibn `Abbas, may Allah be pleased with him, said: "This means Nushuz (rebellion) and a bad attitude.'' Whatever the case, this is a conditional phrase and it does not imply that what is referred to would actually happen. This is like the Ayat:
﴿وَلَقَدْ أُوْحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ﴾
(And indeed it has been revealed to you, as it was to those before you: "If you join others in worship with Allah, surely your deeds will be in vain.'') (39:65)
﴿وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ﴾
(But if they had joined in worship others with Allah, all that they used to do would have been of no benefit to them.) (6:88)
﴿قُلْ إِن كَانَ لِلرَّحْمَـنِ وَلَدٌ فَأَنَاْ أَوَّلُ الْعَـبِدِينَ ﴾
(Say: "If the Most Gracious had a son, then I am the first of (Allah's) worshippers.'') (43:81)
﴿لَّوْ أَرَادَ اللَّهُ أَن يَتَّخِذَ وَلَداً لاَّصْطَفَى مِمَّا يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ سُبْحَـنَهُ هُوَ اللَّهُ الْوَحِدُ الْقَهَّارُ ﴾
(Had Allah willed to take a son, He could have chosen whom He willed out of those whom He created. But glory be to Him! He is Allah, the One, the Irresistible.) (39:4). Because their status is so high, it is appropriate to state that the sin, if they were to commit it, would be so much worse, so as to protect them and their Hijab. Allah says:
﴿مَن يَأْتِ مِنكُنَّ بِفَـحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ يُضَاعَفْ لَهَا الْعَذَابُ ضِعْفَيْنِ﴾
(Whoever of you commits an open Fahishah, the torment for her will be doubled,) Malik narrated from Zayd bin Aslam:
﴿يُضَاعَفْ لَهَا الْعَذَابُ ضِعْفَيْنِ﴾
(the torment for her will be doubled,) "In this world and the next.'' Something similar was narrated from Ibn Abi Najih, from Mujahid.
﴿وَكَانَ ذلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيراً﴾
(and that is ever easy for Allah.) it is very easy indeed. Then Allah mentions His justice and His bounty, in the Ayah:
﴿وَمَن يَقْنُتْ مِنكُنَّ للَّهِ وَرَسُولِهِ﴾
(And whosoever of you is obedient to Allah and His Messenger,) i.e., obeys Allah and His Messenger ,
﴿نُؤْتِهَـآ أَجْرَهَا مَرَّتَيْنِ وَأَعْتَدْنَا لَهَا رِزْقاً كَرِيماً﴾
(We shall give her, her reward twice over, and We have prepared for her a noble provision.) i.e., in Paradise, for they will be in the dwellings of the Messenger of Allah in the highest reaches of `Illiyin, above the dwellings of all the people, in Al-Wasilah which is the closest of the dwellings of Paradise to the Throne.
﴿ينِسَآءَ النَّبِىِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَآءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِى فِى قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَّعْرُوفاً - وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَـهِلِيَّةِ الاٍّولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَوةَ وَءَاتِينَ الزَّكَـوةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُـمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيــراً - وَاذْكُـرْنَ مَا يُتْـلَى فِى بُيُوتِكُـنَّ مِنْ ءَايَـتِ اللَّهِ وَالْحِكْــمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفاً خَبِيراً ﴾
(32. O wives of the Prophet! You are not like any other women. If you keep you have Taqwa, then be not soft in speech, lest he in whose heart is a disease should be moved with desire, but speak in an honorable manner.) (33. And stay in your houses, and do not Tabarruj yourselves like the Tabarruj of the times of ignorance, and perform the Salah, and give Zakah and obey Allah and His Messenger. Allah wishes only to remove the Ar-Rijs from you, O members of the family, and to purify you with a thorough purification.) (34. And remember, that which is recited in your houses of the Ayat of Allah and Al-Hikmah. Verily, Allah is Ever Most Courteous, Well-Acquainted with all things.)
هَذِهِ آدَاب أَمَرَ اللَّه تَعَالَى بِهَا نِسَاء النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنِسَاء الْأُمَّة تَبَع لَهُنَّ فِي ذَلِكَ فَقَالَ تَعَالَى مُخَاطِبًا لِنِسَاءِ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَنَّهُنَّ إِذَا اِتَّقَيْنَ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ كَمَا أَمَرَهُنَّ فَإِنَّهُ لَا يُشْبِههُنَّ أَحَد مِنْ النِّسَاء وَلَا يَلْحَقهُنَّ فِي الْفَضِيلَة وَالْمَنْزِلَة ثُمَّ قَالَ تَعَالَى : " فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ " قَالَ السُّدِّيّ وَغَيْره يَعْنِي بِذَلِكَ تَرْقِيق الْكَلَام إِذَا خَاطَبْنَ الرِّجَال وَلِهَذَا قَالَ تَعَالَى : " فَيَطْمَع الَّذِي فِي قَلْبه مَرَض " أَيْ دَغَل " وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا " قَالَ اِبْن زَيْد قَوْلًا حَسَنًا جَمِيلًا مَعْرُوفًا فِي الْخَيْر وَمَعْنَى هَذَا أَنَّهَا تُخَاطِب الْأَجَانِب بِكَلَامٍ لَيْسَ فِيهِ تَرْخِيم أَيْ لَا تُخَاطِب الْمَرْأَة الْأَجَانِب كَمَا تُخَاطِب زَوْجهَا