Pendahuluan
Penciptaan Alam SemestaDi sepanjang sejarah, umat manusia
telah memahami keagungan gunung-gunung dan luasnya langit, walaupun menggunakan
metode-metode pengamatan yang masih primitif. Akan tetapi, mereka telah salah
dalam mengira bahwa benda-benda tersebut akan ada selama-lamanya. Kepercayaan
ini
telah menjadi tulang punggung filsafat-filsafat politeisme dan materialisme
Yunani, serta agama-agama di Sumeria dan Mesir.
Al-Qur’an memberitahukan kepada kita bahwa orang-orang yang
memiliki kepercayaan yang demikian berada dalam kesalahan yang berat. Salah
satu hal yang diwahyukan oleh Allah di dalam al-Qur’an adalah bahwasanya alam
semesta ini telah diciptakan dan akan sampai pada titik akhirnya. Alam semesta
ini akan, sebagaimana halnya umat manusia dan segala makhluk hidup lainnya,
berakhir. Dunia yang teratur ini, yang berfungsi secara sempurna selama
milyaran tahun, adalah karya Tuhan, Yang telah menciptakan segalanya, walaupun
akan sampai juga pada titik akhir atas perintah-Nya, dan pada saat yang telah ditetapkan-Nya.
Waktu yang ditetapkan di mana alam semesta dan segala
makhluk di dalamnya, mulai dari mikroorganisme hingga umat manusia, termasuk
bintang-bintang dan galaksi-galaksi, akan sampai pada titik akhirnya, disebut
as-Sa‘ah di dalam al-Qur’an. As-Sa‘ah ini bukannya menunjuk pada sembarang
saat; namun adalah sebuah kata yang dipakai secara khusus di dalam al-Qur’an
guna menunjukkan waktu tersebut tatkala dunia ini akan berakhir.
Seiring dengan pengumuman tentang akhir dunia ini, al-Qur’an
mengandung gambaran terperinci mengenai proses kejadian tersebut: “Apabila
langit terbelah,” “Ketika lautan dijadikan meluap,” “Tatkala gunung-gunung
beterbangan,” “Apabila matahari digulung ...” kengerian dan kepanikan yang
dialami oleh orang-orang ketika bencana yang mengerikan itu terjadi diceritakan
secara rinci di dalam al-Qur’an; ayatayat tersebut menandaskan bahwa tak ada
jalan untuk meloloskan diri dan tak ada tempat untuk sembunyi. Yang dapat kita
simpulkan dari hal ini adalah bahwasanya akhir dunia ini akan berupa suatu
bencana sedemikian rupa yang belum pernah dialami dunia sebelumnya. Rincian
mengenai kejadian tersebut juga dapat dijumpai dalam buku-buku kami lainnya
yang berjudul, The Day of Resurrection (Hari Kebangkitan), Death Resurrection
Hell (Kematian Kebangkitan Neraka). Buku yang Anda baca ini akan memaparkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang Hari Akhir (Kiamat).
Pertama-tama, harus dinyatakan bahwa sudah jelas dari sekian
banyak ayat al-Qur’an, bahwa pokok pembahasan ten-tang akhir dunia yang tak
terelakkan ini telah menarik perhatian manusia dalam setiap periode sejarah.
Dalam beberapa ayat tertentu, diceritakan bahwa orang-orang telah bertanya
kepada Nabi Muhammad saw. tentang kapan terjadinya akhir dunia ini:
Mereka menanyakan kepadamu tentang as-Sa‘ah: “Bilakah
terjadinya?” …(Q.s. al-A‘raf: 187).
(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
hari berbangkit (as-Sa‘ah), kapankah terjadinya? (Q.s. an-Nazi‘at: 42).
Allah memerintahkan Nabi saw. untuk menjawab pertanyaan ini
sebagai berikut: “… Pengetahuan tentang hal itu berada di sisi Tuhanku …” (Q.s.
al-A‘raf: 187), yang artinya bahwa hanya Dia Yang tahu kapan terjadinya
as-Sa‘ah itu. Dari ayat ini kita memahami bahwa pengetahuan tentang kapan
tibanya as-Sa‘ah itu tersembunyi bagi manusia.
Tentu ada suatu alasan ilahiah mengapa Tuhan kita
merahasiakan waktu dari as-Sa‘ah ini. Misalnya, ada baiknya bagi semua orang,
entah pada abad berapapun mereka hidup, untuk “… merasa takut akan tibanya
as-Sa‘ah (Hari Kiamat)” (Q.s. al-Anbiya’: 49), dan agar memikirkan dengan
mendalam akan kekuasaan Allah yang agung dan tak terbatas. Sebelum hari yang
sangat penuh penderitaan tersebut datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka
hendaknya memahami bahwasanya, selain Allah, tak ada tempat untuk berlindung.
Andaikata kapan terjadinya as-Sa‘ah tersebut diketahui, orang-orang yang hidup
sebelum masa sekarang tidak akan merasa tergugah untuk memikirkan dengan
sungguh-sungguh mengenai akhir dunia ini; mereka akan tidak peduli terhadap peristiwaperistiwa
terakhir yang digambarkan di dalam al-Qur’an.
Namun, harus diterangkan bahwa ada banyak ayat yang
memberitahukan tentang as-Sa‘ah itu, dan bila kita menelaahnya kita pun
menemukan suatu kebenaran yang besar. Al-Qur’an tidak menunjukkan kapan
terjadinya as-Sa‘ah itu, namun ia memberikan gambaran mengenai
peristiwaperistiwa yang akan terjadi sebelumnya. Salah satu ayat menceritakan
bahwa ada sekian banyak tanda-tanda as-Sa‘ah itu:
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan Hari Kiamat
(yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah
datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu
apabila Hari Kiamat sudah datang? (Q.s. Muhammad: 18).
Dari ayat ini kita mempelajari bahwa al-Qur’an memberikan
gambaran mengenai tanda-tanda yang memberitahukan kedatangan Kiamat. Guna
memahami tanda-tanda “pengumuman besar” tersebut kita harus merenungkan
ayat-ayat ini. Jika tidak, sebagaimana ditunjukkan oleh ayat tadi, pemikiran
kita akan tidak berguna lagi manakala Kiamat itu tibatiba terjadi pada kita.
Sebagian dari apa yang disabdakan oleh Nabi saw. yang telah
sampai kepada kita menerangkan mengenai tanda-tanda as-Sa‘ah tersebut. Dalam
hadis-hadis Nabi saw. ini, terdapat tanda-tanda as-Sa‘ah dan informasi rinci
mengenai periode yang mendahuluinya. Periode ini, di mana tanda-tanda as-Sa‘ah
itu akan terjadi, disebut “Akhir Zaman”. Perkara tentang Akhir Zaman dan
tanda-tanda as-Sa‘ah ini telah menarik banyak perhatian di sepanjang sejarah
Islam; ia telah menjadi pokok pembahasan dalam banyak karya para ulama dan
peneliti Islam.
Bila kita kumpulkan semua informasi ini bersama-sama, kita
pun sampai pada sebuah kesimpulan yang penting. Ayatayat al-Qur’an dan
hadis-hadis Nabi saw. menunjukkan bahwa Akhir Zaman terbagi menjadi dua tahap.
Periode pertama adalah di mana cobaan-cobaan material dan spiritual akan
menimpa dunia ini; periode kedua yang datang disebut sebagai Zaman Keemasan,
suatu masa di mana ajaran moral al-Qur’an akan mendominasi, menghasilkan
kesadaran yang mendalam mengenai kebaikan pada diri semua manusia. Manakala
Zaman Keemasan ini berakhir, dan setelah dunia ini mulai memasuki sebuah
periode kemunduran sosial, maka kedatangan Kiamat pun sudah pasti.
Maksud buku ini adalah untuk menelaah tanda-tanda as-Sa‘ah
tersebut melalui ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi saw., dan untuk
memperlihatkan bahwa tanda-tanda ini telah mulai muncul pada zaman kita. Fakta
bahwa kedatangan daripada tanda-tanda ini telah diwahyukan empat belas abad
yang lalu hendaknya meningkatkan keimanan seorang mukmin kepada Allah dan
ketaatan kepada-Nya. Halaman halaman berikut telah ditulis dengan mencamkan
baik-baik janji Tuhan kita:
“Katakanlah: “Segala
puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya,
maka kamu akan mengetahuinya ...” (Q.s. an-Naml: 93).
Kendati demikian, ada satu hal khusus yang penting bahwa
kami ingin menarik perhatian pembaca terhadap: Allah tahu hakikat segala sesuatu.
Sedangkan dalam segala hal, apa yang kita ketahui tentang akhir dunia ini hanya
datang dari apa yang telah diwahyukan-Nya kepada kita.
HARI KIAMAT (AS-SA‘AH) ITU SUDAH DEKAT
Kebanyakan orang sedikitnya tahu tentang Hari Kiamat (as-Sa‘ah).
Hampir setiap orang telah mendengar satu dan lain hal tentang kengerian
kiamat itu. Akan tetapi, kebanyakan orang cenderung untuk bereaksi sama
terhadapnya sebagaimana halnya sikap mereka atas perkara-perkara yang sangat
penting lainnya, yaitu, mereka tidak ingin membicarakannya atau bahkan
memikirkannya. Mereka berusaha dengan sangat keras agar tidak memikirkan
teror yang akan mereka alami pada Hari Kiamat. Mereka tidak sanggup menahan
(keprihatinan) hal-hal yang mengingatkan pada Hari Kiamat yang terdapat pada
suatu berita mengenai sebuah kecelakaan yang mengerikan atau sebuah berita
film tentang suatu bencana. Mereka menghindar untuk memikirkan tentang fakta
bahwa hari itu pasti akan datang. Mereka tidak mau mendengar orang-orang lain
yang membicarakan tentang hari yang luar biasa itu, atau membaca
tulisan-tulisan para penulis tentangnya. Ini adalah sebagian cara yang
dikembangkan oleh orang-orang itu guna terlepas dari memikirkan tentang
kengerian Hari Kiamat.
Banyak orang tidak sungguh-sungguh percaya bahwa Hari Kiamat itu sedang
menjelang. Kita diberi contoh tentang hal ini dalam sebuah ayat di dalam
Surat al-Kahfi, tentang seorang pemilik kebun anggur yang kaya raya:
Dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu. (Q.s. al-Kahfi: 36).
Ayat di atas memberitahukan mentalitas sesungguhnya dari seseorang yang
mengaku percaya kepada Allah namun menghindari untuk memikirkan tentang
kenyataan Hari Kiamat dan mengajukan pernyataan yang bertentangan dengan
sebagian ayat al-Qur’an. Ayat yang lain menceritakan keraguan dan
ketidakpastian yang melingkari orang-orang kafir mengenai waktu terjadinya
saat terakhir.
Dan apabila dikatakan (kepadamu): “Sesungguhnya janji Allah itu adalah
benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya,” niscaya kamu
menjawab: “Kami tidak tahu apakah Hari Kiamat itu, kami sekali-kali tidak
lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya).” (Q.s.
al-Jatsiyyah: 32).
Sebagian orang menyangkal sepenuhnya bahwa Hari Kiamat sedang menjelang.
Mereka yang memiliki pendapat ini disebutkan di dalam al-Qur’an sebagai
berikut:
Bahkan mereka mendustakan Hari Kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang
menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan Hari Kiamat. (Q.s. al-Furqan:
11).
Sumber yang dapat membimbing jalan kita dan menunjukkan pada yang haq
adalah al-Qur’an. Tatkala kita lihat apa yang dikatakannya, kita mempelajari
sebuah fakta yang jelas. Mereka yang menipu dirinya sendiri mengenai Hari
Kiamat ini melakukan kesalahan yang berat, karena Allah mewahyukan di dalam
al-Qur’an bahwa tidak terdapat keraguan bahwa Kiamat itu sudah dekat.
Dan sesungguhnya as-Sa‘ah (Hari Kiamat) itu pastilah datang, tak ada
keraguan padanya … (Q.s. al-Hajj: 7).
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya as-Sa‘ah (Hari Kiamat) itu
pasti akan datang. (Q.s. al-Hijr: 85).
Sesungguhnya as-Sa‘ah (Hari Kiamat) pasti akan datang, tidak ada keraguan
tentangnya … (Q.s. al-Mu’min: 59).
Mungkin ada sebagian orang yang berpikir bahwa pesan yang disampaikan
al-Qur’an mengenai Hari Kiamat ini diwahyukan lebih dari 1.400 tahun yang
lalu dan ini adalah sebuah jangka waktu yang panjang dibandingkan dengan
panjangnya umur seorang manusia. Namun ini adalah perkara tentang akhir dunia,
matahari dan bintang-bintang — pendek kata — alam semesta. Bila kita pikirkan
dengan mendalam bahwa alam semesta ini usianya sudah milyaran tahun, empat
belas abad adalah sebuah kurun waktu yang sangat singkat.
Seorang ulama besar pada masa ini, Bediuzzaman Said Nursi, menanggapi
masalah serupa itu dengan demikian:
Al-Qur’an mengatakan, “as-Sa‘ah itu telah dekat.”
(Q.s. al-Qamar: 1). Yaitu, Hari Kiamat sudah dekat. Bahwasanya belum datang
setelah seribu tahun atau bertahun-tahun ini tidaklah mengurangi
kedekatannya. Karena, Hari Kiamat adalah saat yang ditetapkan atas dunia ini,
dan dalam kaitannya dengan umur dunia ini seribu atau dua ribu tahun adalah
bagaikan satu atau dua menit saja dikaitkan dengan setahun. Saat Kiamat bukan
hanya saat yang ditetapkan atas umat manusia sehingga ia hendaknya dikaitkan
dengannya dan dilihat dari jarak jauh.1
|
|
MEMPROKLAMIRKAN AJARAN MORAL AL-QUR’AN KE SELURUH DUNIA
Di dalam al-Qur’an, kita berkali-kali menemukan frasa “sunnatullah.” Ini
adalah sebuah ungkapan yang berarti cara Allah, atau hukum-hukum Allah.
Menurut al-Qur’an, hukumhukum ini selamanya valid. Sebuah ayat menyatakan:
Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu
sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah
Allah. (Q.s. al-Ahzab: 62).
Salah satu hukum Allah yang tidak berubah adalah, sebelum dimusnahkan,
umat-umat diberi peringatan dulu oleh seorang pemberi peringatan. Fakta ini
diwahyukan dalam firman-firman ini:
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada
baginya orang-orang yang memberi peringatan. (Q.s. asy-Syu‘ara’: 208).
Di sepanjang sejarah, Allah telah mengutus seorang pemberi peringatan
kepada tiap-tiap umat yang telah berbuat kerusakan, menyeru mereka agar
mengikuti jalan yang benar. Akan tetapi, orang-orang yang tetap berkeras
dalam kezaliman mereka dimusnahkan setelah tiba saat yang ditentukan bagi
mereka, dan menjadi contoh bagi generasi-generasi setelahnya. Bila kita
pikirkan dengan mendalam hukum Allah ini, sejumlah misteri yang penting pun
terkuak bagi kita.
Hari Kiamat adalah bencana terakhir yang menimpa dunia ini. Al-Qur’an
adalah kitab suci terakhir yang diturunkan untuk memberi nasihat kepada umat
manusia, yang petunjuknya tetap bertahan hingga akhir dunia. Dalam salah satu
ayatnya, dikatakan, “… al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk
segala umat.” (Q.s. al-An’am: 90). Orang-orang yang punya pikiran
bahwa al-Qur’an hanya berbicara untuk suatu masa atau tempat tertentu
sungguh-sungguh telah keliru, karena al-Qur’an adalah sebuah seruan umum
kepada seluruh “alam”.
Semenjak zaman Nabi saw., kebenaran al-Qur’an telah disampaikan ke
seluruh penjuru dunia. Karena perkembangan-perkembangan teknologi yang tiada
taranya pada zaman kita sekarang, perintah-perintah al-Qur’an dapat
diproklamirkan kepada seluruh umat manusia. Pada hari ini, sains, pendidikan,
komunikasi, dan transportasi sudah hampir mencapai titik puncak
perkembangannya. Berkat adanya komputer dan teknologi Internet khususnya,
orang-orang yang berada di tempat-tempat yang jauh di dunia ini dengan cepat
dapat berbagi informasi dan membangun komunikasi. Revolusi dalam sains dan
teknologi telah menyatukan seluruh bangsa di dunia ini; ungkapan-ungkapan
seperti “globalisasi” dan “kewarganegaraan dunia” telah masuk ke dalam
perbendaharaan kosa kata kita. Singkatnya, semua penghalang yang merintangi
persatuan manusia di seluruh penjuru dunia kini sedang dihapuskan dengan
cepat.
Dengan menilik dari berbagai fakta ini, dengan mudah dapat dikatakan
bahwa pada “zaman informasi” kita ini, Allah telah memberikan segala macam
perkembangan teknologi sebagai alat untuk kemaslahatan kita. Adalah tanggung
jawab kaum muslimin guna menggunakan dengan sebaik-baiknya peluang-peluang
yang telah ditawarkan oleh Allah ini, dan untuk mengajak manusia dari
berbagai kalangan agar menerima ajaran moral al-Qur’an.
|
|
PARA RASUL
Kami telah menyebutkan hukum-hukum yang tidak berubah yang telah
ditetapkan oleh Allah semenjak diciptakannya dunia ini. Salah satu hukum
ilahiah tersebut adalah bahwa Allah tidak akan menghukum suatu kaum yang
belum didatangkan seorang utusan-Nya kepada mereka. Janji ini diungkapkan
dalam ayat-ayat berikut ini:
Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di
ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan
tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam
keadaan melakukan kezaliman. (Q.s. al-Qashash: 59).
... Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Q.s.
al-Isra’: 15).
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada
baginya orang-orang yang memberi peringatan untuk menjadi peringatan. Dan
Kami se-kali-kali tidak berlaku zalim. (Q.s. asy-Syu‘ara’: 208-209).
Ayat-ayat ini memperlihatkan bahwa Allah mengirimkan para rasul ke
kota-kota besar untuk memberi peringatan kepada manusia. Para rasul ini menyampaikan
perintah-perintah Allah, namun golongan orang-orang kafir dari kaum-kaum di
setiap zaman ini telah mengolok-olok mereka, menuduh mereka berdusta, penipu
atau gila, dan melemparkan berbagai fitnah terhadap mereka. Allah
menghancurkan kaum-kaum yang terus-menerus hidup dalam kezaliman dan
kefasikan melalui beberapa bencana besar, pada saat mereka hampirhampir tidak
menyangkanya. Kehancuran yang dialami oleh kaum Nuh, Luth, ‘Ad, Tsamud, dan
lain-lain yang tersebut di dalam al-Qur’an adalah contoh-contoh dari bentuk
pemusnahan ini.
Di dalam al-Qur’an, Allah mewahyukan mengapa Dia telah mengutus para
nabi: guna menyampaikan kabar gembira kepada umat-umat, untuk memberikan
kesempatan yang penting bagi umat mereka agar meninggalkan
kepercayaankepercayaan palsu mereka, dan menjalani hidup mereka sesuai dengan
agama Allah dan akhlak yang mulia, dan untuk memberi peringatan kepada
manusia sehingga mereka tidak akan memiliki dalih pada Hari Kiamat nanti
karena tidak mengindahkan peringatan-peringatan yang disampaikan kepada
mereka. Dalam sebuah ayat, tujuan-tujuan ini dinyatakan sebagai:
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu. (Q.s. an-Nisa’: 165).
Sebagaimana dikatakan di dalam ayat 40 Surat al-Azhab, Nabi Muhammad saw.
adalah nabi terakhir. Muhammad saw. adalah “... Rasul Allah dan penutup
nabi-nabi ...” (Q.s. al-Azhab: 40). Dengan kata lain, melalui
perantaraan Nabi Muhammad saw., rangkaian wahyu Allah kepada umat manusia
telah lengkap. Walaupun demikian, tanggung jawab untuk menyampaikan dan
mengingatkan manusia akan al-Qur’an yang disampaikan oleh Nabi saw. berada di
pundak setiap orang Islam hingga akhir dunia.
KEUNGGULAN AKHLAK ISLAM DI DUNIA
Salah satu tema yang senantiasa diangkat di dalam al-Qur’an adalah
mengenai orang-orang yang telah dihancurkan oleh Allah, karena kezaliman dan
kedurhakaan mereka, dan contoh yang bisa diambil dari mereka itu. Tentu saja,
terdapat sebuah sisi yang sangat besar di antara persamaan umat pada masa
lalu dan pada masa kita sekarang. Pada zaman kita, ada orang-orang yang sikap
dan cara hidupnya bahkan melampaui penyimpangan seksual yang dilakukan oleh
kaum Luth, kecurangan penduduk Madyan, kesombongan dan kepongahan kaum Nuh,
kedurhakaan dan kezaliman kaum Tsamud, rasa tidak tahu terima kasih kaum
Iram, beserta tingkah laku dari berbagai macam umat lainnya yang telah
dimusnahkan. Alasan yang jelas dari semua kerusakan moral ini adalah
orang-orang tersebut telah melupakan Allah dan maksud penciptaan diri mereka.
Pembunuhan, ketidakadilan sosial, pengkhianatan, penipuan, dan kerusakan
moral pada zaman di mana kita hidup ini bahkan telah mendorong sebagian orang
untuk berputus asa. Namun, janganlah dilupakan bahwa al-Qur’an memerintahkan
agar kita tidak berputus asa dari pertolongan Allah. Putus asa dan patah
semangat adalah cara berpikir yang tidak dapat diterima bagi orang-orang yang
beriman. Allah memberitahukan bahwa mereka yang mengabdi kepada-Nya dengan
tulus — dengan tanpa menyekutukan-Nya dengan makhluk-makhluk-Nya yang mana
pun sebagai tuhan-tuhan di samping-Nya — dan beramal saleh guna mendapat
keridha-an-Nya, akan mendapat kekuatan dan kekuasaan.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan
bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benarbenar
akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi
aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu,
maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Q.s. an-Nur: 55).
Dalam sejumlah ayat, juga dikatakan bahwa adalah sebuah hukum ilahiah
bahwa hamba-hamba yang setia dan menjalankan agama yang haq di dalam hatinya
akan dijadikan sebagai para pewaris atas dunia ini:
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam)
Lawh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai oleh hamba-hamba-Ku yang saleh. (Q.s. al-Anbiya’:
105).
Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka.
Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke
hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku. (Q.s. Ibrahim: 14).
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umatumat yang sebelum kamu,
ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang
kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka
sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada
orang-orang yang berbuat dosa. Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti
(mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana
kamu berbuat. (Q.s. Yunus: 13-14).
Musa berkata kepada kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan
bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; diwariskan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik
adalah bagi orang-orang yang bertakwa. Kaum Musa berkata: “Kami telah
ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu
datang.” Musa menjawab: “Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan
menjadikan kamu khalifah di bumi(-Nya), maka Allah akan melihat bagaimana
perbuatanmu.” (Q.s. al-A‘raf: 128-129).
Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.”
Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Q.s. al-Mujadalah:
21).
Bersamaan dengan kabar gembira yang disampaikan pada ayat-ayat di atas,
Allah telah memberikan sebuah janji yang sangat penting kepada orang-orang
beriman. Dia berfirman di dalam al-Qur’an bahwa agama Islam diturunkan kepada
umat manusia untuk mengatasi segala agama.
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah
mengutus rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang benar
untuk dime-nangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai. (Q.s. at-Taubah: 32-33).
Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan)
mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir
benci. (Q.s. ash-Shaff: 8-9).
Tak ada keraguan bahwa Allah akan memenuhi janji-janji-Nya. Akhlak mulia
yang akan menaklukkan filsafat-filsafat yang menyimpang, ideologi-ideologi
yang terdistorsi, dan pemahaman agama palsu adalah akhlak Islam ini.
Ayat-ayat yang dikutip di atas menandaskan bahwa orang-orang kafir dan
penyembah berhala tak mampu menghindari terjadinya hal ini.
Periode ini, di mana akhlak Islam akan tegak, akan menjadi saat di mana
setiap waktu ada cinta, pengorbanan, kedermawanan, kejujuran, keadilan
sosial, keamanan dan kesejahteraan pribadi. Periode ini telah disebut sebagai
Zaman Keemasan karena kemiripannya dengan gambaran-gambaran tentang Surga,
namun, sejauh ini, zaman seperti itu belum sempat terwujud. Zaman yang
diberkahi ini akan mendahului Hari Kiamat; dan kini sedang menunggu-nunggu
saat itu di mana Allah telah menetapkan akan kedatangannya.
|