[ قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ
فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ
غَفُورُُ رَّحِيمُُ ]
"Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang"
(QS. Ali Imran: 31)
Dan Dia I menjadikan iman tertolak dari orang yang mengutamakan cinta
kepada seorang makhluk melebihi kecintaan terhadap Nabi Muhammad r, beliau bersabda:
"
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ
وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ "
"Tidak
beriman (sempurna) seseorang dari kalian, sehingga aku lebih dicintainya dari
pada ayahnya, anaknya, dan manusia sekalian."[1]
Shalawat serta salam yang paling sempurna semoga tetap tercurah
kepada Nabi yang terpilih, pemberi petunjuk pilihan, lampu yang menerangi, da'i
yang memberi kabar gembira, rahmat yang diberikan, dan
nikmat yang tercurah,
semoga Allah I selalu memberi rahmat dan kesejahteraan kepada beliau selama
masih berganti malam dan siang, semoga rahmat Allah I tercurah kepada beliau selama tetap berzikir orang-orang yang
berzikir, dan semoga Allah I telah memberikan rahmat kepada beliau sebanyak titik hujan,
daun pepohonan, biji kerikil dan batu, serta terhadap keluarganya yang bersih,
kalangan Muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
kebaikan hingga hari pembalasan, Amma ba'du:
Sesungguhnya
seorang muslim yang benar pasti akan merasa rindu kepada kekasihnya Muhammad r dan berangan-angan andaikan dia termasuk diantara para
sahabatnya, duduk kepada Nabi r, memenuhi kedua matanya dari cahaya wajahnya yang mulia,
mendengarkan pembicaraannya yang manis, melihat akhlaknya yang menarik hati,
dan berdiri di atas ibadahnya kepada Rabb, kendati untuk mendapatkan hal itu ia
harus memberikan segala miliknya, berdasarkan sabda Nabi r:
"
مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُوْنُوْنَ بَعْدِي يَوَدُّ أَحَدُهُمْ
لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ "
"Termasuk umatku yang paling mencintaiku adalah
orang-orang yang ada sesudahku, salah seorang dari mereka berkeinginan andaikan
dia bisa melihatku dengan keluarga dan hartanya."[2]
Karena itulah kondisi para tabi'in merasakan yang seperti
demikian:
- Ibnu Sirin rahimahullah berkata kepada
'Ubaidah bin 'Amr rahimahullah: (kami mempunyai sedikit rambut Nabi r dari Anas bin Malik t.
Ubaidah berkata: Adanya satu rambut darinya disisiku lebih aku cintai daripada
dunia dan segala isinya.)[3] adz-Dzahabi berkata ketika
memberikan komentar: (Ucapan seperti ini dikatakan imam ini lima puluh tahun setelah Nabi r wafat, maka apakah yang akan kita katakan dimasa sekarang
jikalau kita menemukan sebagian rambut beliau dengan sanad yang kuat?..) yang
mana jika tanpa ketetapan hal itu tentu menjadi kacau. Dan adz-Dzahabi juga
berkata: (Dan disebutkan dalam riwayat yang shahih bahwa Nabi r tatkala menggundul rambutnya, beliau membagikan rambutnya yang
suci kepada para sahabatnya, sebagai kemuliaan untuk mereka dengan hal itu).
Betapa bahagianya jika aku dapat mengecup satu helai rambut darinya.
- Jubair bin Nufail rahimahullah berkata:
Pada suatu hari kami duduk bersama al-Miqdad bin al-Aswad t, tatkala seorang laki-laki melewatinya dia berkata: Alangkah
beruntungnya kedua mata orang ini yang telah melihat Rasulullah r, sungguh kami sangat berkeinginan untuk dapat melihat seperti
apa yang pernah engkau lihat dan dapat menyaksikan seperti apa yang pernah
engkau saksikan.
- Tsabit al-Bunani rahimahullah apabila
melihat Anas bin Malik t, pelayan Rasulullah r,
beliau datang menghampiri dan mengecup tangannya seraya berkata: Sesungguhnya
ia adalah tangan yang pernah menyentuh tangan Rasulullah r. Demikian pula yang dilakukan oleh Yahya bin al-Harits
rahimahullah terhadap Watsilah bin al-Asqa` t, dan sebagian tabi'in terhadap Salamah bin al-Akwa' t, mereka mengecup tangan yang pernah dipergunakan untuk
membai'at Rasulullah r.
- al-Hasan al-Bashri rahimahullah bercerita
tentang kisah batang kurma yang Rasulullah r berkhuthbat di atasnya, kemudian beliau meninggalkannya setelah
membuat mimbar, lalu batang kurma itu merintih, dan didengarlah darinya suara
seperti suara unta betina yang anaknya diambil darinya, sehingga semua orang
yang berada di dalam masjid mendengar, kemudian Nabi r meletakkan tangan diatasnya, maka iapun berhenti dari merintih.[4] al-Hasan al-Bashari
apabila menceritakan hadits ini, ia berkata: Wahai sekalian kaum muslimin
batang kayu merintih kepada Rasulullah r karena rindu bertemu dengan beliau, maka sesungguhnya kalian
semua lebih berhak untuk merasa rindu kepada beliau.
- Dan perkara mereka tidak berhenti hanya
dalam batas cinta saja, bahkan terus kepada mengamalkan sunnahnya dan
mengikutinya, sehingga mereka mendapatkan yang mereka tidak sempat dapatkan
dari Rasulullah r. Abu Muslim al-Khaulani rahimahullah berkata: (Apakah
para sahabat Nabi r mengira bahwa mereka mendapat keutamaan dengan beliau tanpa
kami (para tabi'in), demi Allah kami akan bersaing dengan mereka atasnya,
sampai mereka menyadari bahwa mereka telah meninggalkan di belakang mereka para
tokoh), Abu Muslim menolak bahwa ia lebih mengutamakan sahabat dengan
Rasulullah r dan ia ingin bersaing dengan mereka dalam mencintai beliau r. Sungguh ia telah mendapatkan makna persaingan yang mulia, dan
sesungguhnya tidak ada keutamaan terhadap orang lain dalam permasalahan ibadah
dan ketaatan, dan sesungguhnya persaingan adalah persaingan keutamaan dan
sifat. Barang siapa yang tidak beramal niscaya nasibnya tidak akan bisa
membantu dirinya, sebagaimana yang mereka katakan: (Apabila engkau melihat
seseorang bersaing denganmu dalam urusan dunia, maka saingilah dia dalam urusan
akhirat, sedangkan jika engkau merasa mampu untuk menjadikan tidak ada
seorangpun yang mendahuluimu kepada Allah I maka lakukanlah).
- Salafushshalih setelah generasi mereka
sangat bersemangat dalam mengikuti sunnah yang berhubungan dengan perkara kecil
dan besar, Imam Ahmad rahimahullah berkata: (Aku tidak pernah menulis
hadits kecuali apabila benar-benar telah mengamalkannya, sehingga lewat
denganku satu hadits bahwa Nabi r
berbekam dan memberikan kepada Abu Thaibah satu dinar, maka aku memberikan
kepada tukang bekam satu dinar setelah aku berbekam). Pada kesempatan lain Imam
Ahmad rahimahullah berkata: (Jika engkau mampu untuk tidak menggaruk kepala
kecuali dengan adanya atsar maka lakukanlah ia). Semua itu tidak lain kecuali
karena kesempurnaan sifat kemanusiaan beliau r dalam segala hal, sebagaimana yang dikatakan oleh an-Nawawi
rahimahullah: (jika anda melihat sifat lahiriyah beliau, maka ia adalah
keindahan yang tidak ada keindahan sesudahnya, apabila anda melihat akhlak dan
perilakunya r, maka akan anda dapati suatu kesempurnaan yang tidak ada
kesempurnaan sesudahnya, dan apabila anda melihat kepada kebaikan dan
keutamaannya terhadap semua manusia dan terhadap kaum muslimin secara khusus,
maka anda akan mendapati kesempurnaan yang tidak ada kesempurnaan sesudahnya).
Tidak disangsikan
lagi bahwa di antara nikmat terbesar adalah: seorang hamba diberikan rizqi
untuk mencintai beliau r, seperti yang dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullah: (Apabila
benar dalam hal itu –maksudnya hamba benar dengan sepenuh hatinya dan bisikan
nuraninya diatas kehendak Rabb-Nya – niscaya ia telah diberikan rizqi untuk
mencintai Rasulullah r, ruhaniyahnya menguasai hatinya, maka ia menjadikan beliau
sebagai imam, pendidik, guru, syaikh, dan panutannya, sebagaimana Allah I telah menjadikannya sebagai nabi dan rasul-Nya, serta memberi
petunjuk kepadanya, sehingga ia mempelajari sirah (riwayat hidup)nya,
dasar-dasar perkaranya, tata cara turunnya wahyu kepadanya, dan mengenal sifat,
akhlak, serta adabnya r dalam gerak dan diam diri, saat jaga dan tidur, tatkala
beribadah, serta dalam pergaulannya bersama keluarga dan para sahabatnya,
sehingga jadilah beliau r seolah-olah selalu bersamanya, sebagai bagian dari sahabatnya r(Madarijus Salikin 3/268).
Alangkah indahnya
jika anda dapat hidup satu hari bersama kekasihmu r, mengikutinya dalam setiap ucapan dan perbuatan, serta
mengikuti petunjuknya dalam segala hal, bahkan anda akan merasakan kebahagiaan
yang menyelimuti, bagaimana tidak?? Sedangkan anda dapat mengikuti makhluk
terbaik dan berpanutan denganya, seolah-olah anda melihatnya r berada di depanmu..cobalah.. dan anda akan melihat hasilnya,
aku berharap bahwa hari-hari anda setelah itu akan selalu bersama kekasihmu Muhammad
r.
Perhatian: Tidak
diperbolehkan untuk menentukan satu hari karena meyakini adanya keutamaan
khusus padanya yang tidak ada dalam nash, akan tetapi pilihlah hari apapun
sebagai permulaan persahabatan dengan izin Allah. Dan sebelum kami meneruskan
bersama hari-harinya beliau r, kita harus mengenal terlebih dahulu akan sifat lahiriyahnya.
Gambaran sifat lahiriyah Rasulullah r
Rasulullah r berperawakan sedang, jauh di antara dua pundaknya, mempunyai
rambut yang mencapai daun telinga, dan beliau r manusia yang paling baik wajah dan paling santun akhlaknya.[5] Beliau tidak berperawakan
tinggi yang mencolok dan tidak pula pendek, berkulit tidak terlalu putih
(seperti wajah bule, bangsa Eropa) dan tidak pula terlalu coklat (atau hitam),
rambut beliau tidak terlalu keriting dan tidak pula terlalu lurus terurai.[6] Beliau adalah manusia yang
paling baik rupanya, putih dan bermuka manis,[7] seolah-olah dicelup dari
perak (ash-Shahihah karya Syaikh al-Albani). Beliau berwarna berkilau,
keringatnya bagaikan mutiara,[8] rambut jenggotnya banyak.[9] Jabir bin Samurah t pernah ditanya: Apakah wajah Nabi r seperti pedang? Ia menjawab: (Bahkan seperti matahari dan
bulan, dan berbentuk bundar)[10], Mulut beliau besar,
panjang belahan mata, sedikit daging tumitnya.[11] Putih, manis, sederhana,[12] tidak gemuk, tidak kurus,
tidak terlalu tinggi, dan tidak rendah, besar kedua tangan dan kakinya, serta
terurai kedua telapak tangannya.[13] Anas t berkata: (Aku tidak pernah menyentuh kain sutera yang lebih
lembut daripada telapak tangan Rasulullah r, dan aku tidak pernah mencium aroma minyak kesturi yang lebih
wangi daripada Rasulullah r)[14],
bahkan keringat beliau dikumpulkan dan diletakkan dalam botol untuk dijadikan
winyak wangi yang paling wangi.[15]
Tibalah saat
memasuki hari bersama Nabi r secara ringkas, berpegang kepada riwayat yang shahih menurut
Muhaddits kontemporer Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah,
yang terdapat dalam riwayat kutubussittah kecuali jarang sekali.
Petunjuk Nabi r
saat bangun dari tidur, wudhu, dan shalatnya r.
Apabila Rasulullah
r bangun dari tidurnya, beliau membaca:
"
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ
النُّشُوْرُ "
"Segala
puji bagi Allah I yang menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan
kepada-Nyalah kembali"[16]
Beliau memulai dengan bersiwak[17] dan terkadang membaca:
[ إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ
وَاخْتِلاَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآَيَاتٍ لأُوْلِي اْلأَلْبَابِ ]
"Sesungguhnya
dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal" (QS.
Ali Imran:190)
Apabila memasuki
kamar kecil, beliau membaca:
" اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ
الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ "
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
godaan syetan laki-laki dan syetan perempuan"[20]
Dan apabila keluar dari kamar kecil, beliau membaca:
" غُفْرَانَكَ "
"(Aku
mengharapkan) ampunan-Mu (ya Allah)"[21]
Terkadang beliau beristinja dengan air,[22] dan terkadang dengan tiga
buah batu pada saat yang lain,[23] dan kadang kala beliau
menggabungkan di antara keduanya. Saat intinja beliau bersembunyi (dari
pandangan orang), tidak kencing sambil berdiri[24] kecuali sangat jarang
sekali.[25]
Apabila berwudhu,
beliau sederhana dalam memakai air dan memulai dengan membasuh kedua tangannya
tiga kali,[26]
kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung sebanyak tiga kali dengan
tiga sidukan, setiap siduk setengah untuk mulut dan setengah untuk hidung,[27] dengan cara memasukkan
air ke hidung dengan tangan kanan dan mengeluarkan dengan tangan kiri, dan
beliau memerintahkan agar bersungguh-sungguh dalam memasukkan air ke hidung,
selama tidak dalam keadaan berpuasa.[28] Kemudian membasuh wajah
sebanyak tiga kali[29], dimulai dari tempat
tumbuh rambut kepala hingga jenggotnya, dan terkadang menyela-nyelanya.[30] Kemudian beliau membasuh
kedua tangannya dari ujung jemarinya hingga siku sebanyak tiga kali.[31] Dan beliau menganjurkan
untuk menyela-nyela jemari.[32] Kemudian mengusap
kepalanya dengan kedua tangan, memulai dari bagian depan kepala hingga tengkuknya,
kemudian mengembalikan keduanya ketempat yang beliau memulai darinya.[33] Kemudian mengusap kedua
telinga, luar dan dalamnya.[34] Kemudian beliau membasuh
kedua kaki hingga dua mata kaki sebanyak tiga kali.[35]
Nabi r bersabda:
" مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ
يَتَوَضَّأُُ فَيُسْبِغُ الْوُضُوْءَ ثُمَّ يَقُوْلُ: "أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ" إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ
يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهِمَا شَاءَ "
"Tidak ada seorangpun dari kalian yang berwudhu, lalu ia
menyempurnakan wudhunya, kemudian membaca: (Aku bersaksi bahwa tidak Ilah yang
berhak disembah selain Allah I
saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan utusan-Nya) melainkan akan dibukakan untuknya pintu-pintu surga yang
delapan, dia dapat masuk dari manapun yang dia kehendaki"[36]
Dan beliau menambah bacaannya:
"
اَللّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
"
"Ya
Allah, jadikanlah aku termasuk dari orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah
aku termasuk orang-orang yang bersuci"[37]
Rasulullah r bersabda: "Apabila seorang hamba yang muslim atau mukmin
berwudhu, lalu ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari wajahnya setiap
kesalahan yang ia memandang kepadanya dengan kedua matanya bersama air, atau
bersama tetesan air yang terakhir, apabila ia membasuh kedua tangannya,
keluarlah dari kedua tangannya setiap kesalahan yang disentuh oleh keduanya
bersama air, atau bersama tetesan air yang terakhir, apabila ia membasuh kedua
kakinya, keluarlah setiap kesalahan yang dijalani kedua kakinya bersama air,
atau bersama tetesan air yang terakhir, sehingga ia keluar dalam keadaan bersih
dari dosa"[38]
[1] HR. Al-Bukhari
[2] HR. Muslim
[3] HR. al-Bukhari
[4] HR. al-Bukhari
[5] HR. al-Bukhari
[6] HR. al-Bukhari.
[7] HR. Muslim.
[8] HR. Muslim.
[9] HR. Muslim.
[10] HR. Muslim.
[11] HR. Muslim.
[12] HR. Muslim.
[13] HR. al-Bukhari.
[14] HR. Muslim
[15] HR. Muslim.
[16] HR. Muslim.
[17] HR. al-Bukhari.
[18] HR. al-Bukhari.
[19] HR. al-Bukhari.
[20] HR. al-Bukhari.
[21] Shahih Sunan Ibnu Majah.
[22] HR. al-Bukhari
[23] HR. al-Bukhari.
[24] Shahih Sunan at-Tirmidzi.
[25] HR. Muslim.
[26] HR. al-Bukhari.
[27] HR. al-Bukhari.
[28] Shahih Sunan Abu Daud.
[29] HR. al-Bukhari.
[30] Shahih Sunan at-Tirmidzi.
[31] HR. al-Bukhari.
[32] Shahih Sunan Abu Daud.
[33] HR. al-Bukhari.
[34] Shahih Sunan Abu Daud.
[35] HR. al-Bukhari.
[36] HR. Muslim.
[37] Shahih Sunan at-Tirmidzi.