.
Sunday, April 24, 2016
KEWAJIPAN MENCINTAI RASULULLAH صلى الله عليه وسلم
Diriwayatkan
dari Anas رضي الله عنه, dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ
وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah (sempurna)
iman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya daripada
orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Wajib bagi setiap mukallaf untuk mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ
وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا
وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ
فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khuatiri akan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul Nya dan dari berjihad di jalan Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya." Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (At-Taubah : 24)
Dalam Sahih Bukhari diriwayatkan, bahawa Umar bin
Khattab رضي الله عنه berkata kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم :
لأَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ
نَفْسِيْ . فَقَالَ : لاَ وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ
إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ . فَقَالَ : لَهُ عُمَرُ : فَإِنَّكَ اْلآنَ أَحَبُّ
إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ . فَقَالَ : اْلآنَ يَا عُمَرُ
“Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai
daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.” Nabi صلى
الله عليه وسلم bersabda : ‘Tidak, demi
Zat yang jiwaku ada di Tangan Nya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu
sendiri’. Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku
cintai daripada diriku sendiri.’ Maka Nabi صلى الله
عليه وسلم bersabda, ‘Sekarang (telah sempurna kecintaanmu/imanmu padaku) wahai
Umar.”
(Riwayat Bukhari)
Maka yang demikian mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah wajib melebihi kecintaan kita kepada
kedua orangtua, anak, keluarga, dan
harta benda. Sebagaimana di dalam hadis-hadis sahih disebutkan :
Dari Anas رضي الله عنه,
bahawa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ
وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih
dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.”
(Riwayat Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Dari Anas رضي الله عنه, ia
berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah (sempurna)
iman seorang hamba sehingga aku lebih dicintainya daripada keluarganya, hartanya
dan segenap umat manusia.”
(Riwayat Muslim dan An-Nasa’i)
Kecintaan sejati terhadap Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyebabkan seseorang merasakan
manisnya iman. Sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Muslim dari Anas رضي الله عنه,
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اِلإِيْمَانِ : أَنْ يَكُوْنَ
اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
“Ada tiga perkara yang bila seseorang memilikinya, nescaya akan merasakan
manisnya iman, ‘Iaitu, kecintaannya pada Allah dan Rasul Nya lebih dari
cintanya kepada selain keduanya……”.
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Orang yang mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan benar akan dikumpulkan
oleh Allah bersama-sama dengan baginda s.a.w di akhirat kelak. Ini berdasarkan hadis sahih :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ: وَمَا أَعْدَدْتَ
لِلسَّاعَةِ. قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ
أَحْبَبْتَ
قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ
النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ
فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ
أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ
Dari Anas bin Malik, ia
berkata: “seseorang datang menemui Rasulullah صلى الله
عليه وسلم dan berkata: “Wahai Rasulullah, bila
akan terjadi hari kiamat?” beliau bersabda: “Apa yang telah engkau persiapkan
untuk menghadapinya?” ia menjawab: “kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.” Lalu beliau bersabda: “sesungguhnya
engkau akan bersama-sama dengan orang yang engkau cintai.”
Anas berkata; 'Tidak ada yang lebih menyenangkan
hati kami setelah masuk Islam selain sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang
berbunyi: 'Sesungguhnya kamu akan bersama orang yang kamu cintai.' Anas
berkata; 'Kerana aku
mencintai Allah, Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, maka aku
berharap kelak akan bersama mereka meskipun aku
tidak dapat beramal seperti mereka.’”
(Riwayat Muslim
dan Ahmad)
Saturday, April 23, 2016
FIQHUL WAQI' (Memahami Realiti Ummat)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
يُوْشِكُ الأُمَمُ أَنْ
تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَهُ إِلَى قَصْعَتِهَا . فَقَالَ
قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَـحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ
كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللهُ مِنْ
صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمِهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي
قُلُوْبِكُمُ الْوَهْنَ . فَقَالَ قَائِلٌ يَا رسول الله وَمَا الْوَهْنُ قَالَ
حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتُ
"Hampir tiba waktunya
ummat-ummat itu saling seru menyeru untuk memerangi kalian, sebagaimana orang
yang akan makan saling menyeru untuk segera ketempat makannya. Seorang berkata
"apakah kerana jumlah kami sedikit pada ketika itu ?" Beliau
bersabda: “Tidak, bahkan jumlah kalian pada ketika itu banyak, namun kalian
ibarat buih yang dibawa oleh banjir. Dan benar-benar Allah akan mencabut dari
hati musuh-musuh kalian rasa segan mereka terhadap kalian, dan Allah akan
melemparkan dalam hati kalian 'al-wahn', seorang bertutur: "Wahai Rasulullah
apakah 'al-wahn' itu?. Beliau menjawab: 'Cinta dunia dan benci pada
kematian".
(Riwayat Abu Daud, Ahmad, Ibnu Abi Dunya dan
disahihkan oleh Al-Albani dalam 'Silsilah al-Ahaadis ash-Shahihah)
Fitnah di zaman ini, apa yang diistilahkan oleh sebahagian orang dengan
"Fiqhul Waqi'" atau "Memahami realita umat". Maka sebab
telah banyak ulama-ulama ummat yang memberikan berbagai jawapan digunakan untuk
mencari jalan keluar bagi bentuk kesulitan yang mereka hadapi dengan maksud dan
tujuan agar mengetahui dan mengenal realiti mereka. Maka itu juga terdengarnya
ungkapan :
الـحُكْمُ عَلَى
الشَّيءِ فَرْعٌ عَنْ تَصَوُّرِهِ
"Menghukumi sesuatu adalah bahagian (cabang) dari gambarannya"
Maka "Fiqhul Waqi' " adalah memahami
sesuatu yang menggelisahkan atau menyusahkan kaum muslimin yang berhubungan
erat dengan kepentingan-kepentingan mereka, atau tipu daya/makar musuh-musuh
mereka, yang akan mengingatkan mereka agar berwaspada dengannya dan bangkit
bersama secara nyata tidak hanya sekadar menganalisa atau menyibukkan diri
dengan berita dan informasi kaum kafir atau bersikap melampui batas terhadap
pemikiran-pemikiran mereka.
Mengenal sebuah realiti dengan tujuan agar sampai kepada hukum syari’at
adalah sangat penting dan merupakan salah satu kewajipan. Tugas ini harus
dijalankan oleh sekelompok khusus pelajar muslim
yang memiliki kecerdasan
tinggi dari berbagai disiplin ilmu, baik syari'at atau kemasyrakatan
(sosiologi), ekonomi, keselamatan, dan ilmu apa saja yang dapat memberi manfaat
bagi ummat Islam, serta mendekatkan mereka untuk kembali kepada kehormatan dan
kemuliaan mereka. Terutama jika ilmu-ilmu ini terus berkembang sejalan dengan
perkembangan zaman dan tempat.
MANHAJ" BUKAN SEKEDAR PERBICARAAN SEMATA-MATA
Memang benar banyak yang membicarakan tentang Al-Quran dan as-Sunnah di
zaman ini, serta mengisyaratkan kepada keduanya, ini adalah sesuatu yang patut disyukuri. Namun demikian
yang wajib ianya bukanlah sekadar berbentuk penulisan dan ceramah-ceramah, akan
tetapi difahami keduanya dengan pemahaman yang benar sebagaimana yang terjadi
di masa generasi pertama (para sahabat), kemudian kita, menjadikannya sebagai
bingkai/batasan umum bagi setiap urusan, samada yang kecil mahupun yang besar.
Manhaj Al-Quran dan as-Sunnah hendaknya menjadi syi'ar (semboyan) dan
lambang bagi dakwah sejak permulaan hingga akhir. Dengan demikian diharapkan
dari mereka yang didakwahkan, samada generasi muda atau yang lainnya akan terus
berkesinambungan sejalan dengan "manhaj yang mulia" ini yang dengan
berpegang teguh dan berjalan di atasnya ummat akan menjadi baik.
Keberadaan ulama pada setiap disiplin ilmu yang telah disebutkan di atas
adalah sebuah keharusan. Terutama dalam memahami Al-Quran dan as-Sunnah sesuai
dengan pemahaman Salafus Soleh berdasarkan pada ketentuan/kriteria yang jelas
dan pokok-pokok kaedah yang telah diterangkan.
Namun betapa banyaknya jumlah pemuda dan pemudi muslim yang terperangkap
dalam permasalahan berkaitan Fiqhul Waqi' yang seakan-akan tidak ada jalan
keluar, mereka berpecah menjadi dua kelompok, sehingga sangat disayangkan kedua
kelompok ini sebahagian bersikap melampui batas terhadap masalah ini, dan sebahagian
lainnya lebih cenderung memperlekeh atau menganggap mudah serta tidak memiliki
kepedulian terhadapnya.
Bahawasanya akan termelihat dan terdengar
dari mereka yang memperbesarkan urusan Fiqhul Waqi', serta meletakkannya tidak
pada tempat yang semestinya, melebihi tingkatan pengamalannya yang tepat
(sesuai). Yang dikehendaki mereka bahawa setiap orang yang alim dalam masalah
syariat, harus alim pula dalam apa yang mereka namakan Fiqhul Waqi'.
Sebagaimana realitinya bahawa berbalik dari apa yang mereka inginkan
terjadi pada diri mereka. Sungguh mereka telah menanamkan sebuah anggapan
terhadap orang-orang yang mendengarkan ucapan-ucapan mereka atau orang yang
berada di sekeliling mereka, bahawasanya setiap orang yang mengetahui realiti
dunia Islam, sama dengan seorang alim yang memahami Al-Quran dan as-Sunnah
diatas pemahaman Salafus Soleh.
Telah diketahui bahawa Fiqhul Waqi' bukanlah sebuah kelaziman sebagaimana
yang telah di isyaratkan, tambahan pula tidak pernah tergambar/terbayang akan
keberadaan seorang manusia yang sempurna yang mampu memahami seluruh ilmu yang
telah disebutkan dan isyaratkan di atas.
TASFIYAH DAN TARBIYAH
Penerapan manhaj/kaedah "tasfiyah" dan "tarbiyah" yang
merupakan dua kewajban besar yang amat penting.
"Tasfiyah" (pemurnian) adalah:
1. Pemurnian aqidah Islamiyah
dari sesuatu yang tidak dikenali dan telah menyusup masuk ke dalamnya, seperti
kesyirikan, pengingkaran terhadap sifat-sifat Allah جلّ جلا له, atau
penakwilannya, penolakan hadis-hadis sahih yang berkaitan dengan aqidah dan
lain sebagainya.
2. Pemurnian fiqh Islam dari
segala bentuk ijtihad yang keliru yang menyelisihi Al-Quran dan as-Sunnah,
serta pembebasan akal dari pengaruh-pengaruh taqlid dan kegelapan sikap
fanatisme.
(Taqlid adalah: Sikap/prilaku menerima pendapat seseorang tanpa hujjah
dan dalil)
3. Pemurnian kitab-kitab tafsir Al-Quran,
fiqh, kitab-kitab yang berhubungan erat dengan raqa'iq (kelembutan hati), dan
kitab-kitab lainnya dari hadis-hadis lemah dan palsu, serta dongeng-dongeng
kisah israiliyyat dan kemungkaran-kemungkaran lainnya.
Manakala kewajiban kedua (tarbiyah), yang dimaksudkan adalah
pembinaan generasi baru muslim, di atas Islam yang telah dibersihkan dari
perkara-perkara yang telah disebutkan, dengan sebuah pembinaan secara
Islami yang benar sejak usia muda tanpa pengaruh oleh pendidikan ala barat dan
kekufuran.
Firman Allah :
وَلَـكِن كُونُواْ رَبَّانِيِّينَ
بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ
"Akan tetapi hendaklah kamu menjadi orang-orang yang rabbani kerana
kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya"
(Ali-Imran: 79)
(Rabbani ialah orang yang bijaksana, alim dan penyantun serta banyak
ibadah dan ketakwaannya :Tafsir Ibnu Kathir)
Ramai di antara da'i-da'i mengetahui akar/pangkal penyebab keburukan yang
dialami kaum muslimin pada zaman ini, iaitu jauhnya mereka dari pemahaman Islam
yang benar, dalam perkara-perkara yang
merupakan fardhu 'ain (kewajipan atas perseorangan), dan bukan hanya pada apa
yang merupakan fardhu kifayah (kewajipan atas sebahagian orang).
Maka wajib bagi kita melaksanakan dan meluruskan serta membenarkan aqidah,
ibadah dan suluk (akhlak, perangai dan budi pekerti). Siapakah orang yang telah
melaksanakan kewajipan yang merupakan fardhu 'ain dan bukan sekadar fardhu
kifayah dari kalangan ummat ini? Kerana kewajipan melaksanakan fardhu kifayah
itu datangnya selepas (fardhu 'ain).
Oleh itu menyibukkan diri dan mencurahkan perhatian terhadap ajakan
segelintir manusia dari kalangan ummat ini untuk memperhatikan sebuah fardhu
kifayah iaitu Fiqhul Waqi', serta mengecilkan sebuah pemahaman yang sifatnya
fardhu 'ain bagi setiap muslim, yaitu memahami Al-Kitab (Al-Quran) dan Sunnah
Rasulullah صلى الله عليه وسلم
merupakan perbuatan melampaui batas dan penyia-nyiaan terhadap suatu kewajipan
yang ditekankan kepada setiap orang dari ummat muslimin ini dan merupakan sikap
berlebih-lebihan dalam sebuah urusan (Fiqhul Waqi') yang keadaan sebenarnya
sebagai fardhu kifayah.
BAHAYA MEMFITNAH, MENGGELAR BURUK DAN MENUDUH ULAMA
Menikam, memfitnah dan menuduh sebahagian ulama atau para penuntut ilmu dan
mencela mereka kerana ketidak tahuan mereka tentang Fiqhul Waqi’, begitu juga lontaran
gelaran yang diberikan kepada mereka dengan sebutan yang tidak sepatutnya
disebutkan, adalah kesalahan dan kekeliruan yang amat jelas, yang tidak boleh
diteruskan, sebab merupakan sikap "tabaghudh" saling
memurkai/membenci, yang telah dilarang dalam sejumlah hadis dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم, justeru
hadis-hadis itu memerintahkan kaum muslimin untuk berbuat yang sebaliknya,
berupa sikap saling mencintai, saling berjumpa dan saling tolong menolong.
FIQHUL WAQI'
(Memahami Realiti Ummat)
(Memahami Realiti Ummat)
Syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani رحمه
الله
Thursday, April 21, 2016
PESANAN KETIKA SOLAT
Dari Abu Bakar ra., Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Apabila seseorang kamu berdiri untuk solatnya, maka hendaklah dia menenangkan segala anggota tubuhnya(tangannya,kakinya) dan janganlah berhoyong-hayang sebagaimana hoyongan orang Yahudi.”
[Riwayat Al Hakim dan At-Tirmidzi ]
“Apabila seseorang kamu berdiri untuk solatnya, maka hendaklah dia menenangkan segala anggota tubuhnya(tangannya,kakinya) dan janganlah berhoyong-hayang sebagaimana hoyongan orang Yahudi.”
[Riwayat Al Hakim dan At-Tirmidzi ]
Dari Mu’aiqib ra., Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Janganlah engkau menyapu anak-anak batu yang melekat di dahimu saat engkau bersolat, jika perlu sekali engau sapu, maka cukuplah dengan sekali sapu sahaja.”
[Riwayat Bukhari dan Muslim]
“Janganlah engkau menyapu anak-anak batu yang melekat di dahimu saat engkau bersolat, jika perlu sekali engau sapu, maka cukuplah dengan sekali sapu sahaja.”
[Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Hurairah r.a.:
Rasulullah melihat seorang lelaki memain-mainkan tangan semasa solat,maka baginda bersabda:
“Sekiranya khusyuk jiwa orang ini tentulah khusyuk segala anggotanya.”
[Riwayat Al Hakim dan At-Tirmidzi]
Rasulullah melihat seorang lelaki memain-mainkan tangan semasa solat,maka baginda bersabda:
“Sekiranya khusyuk jiwa orang ini tentulah khusyuk segala anggotanya.”
[Riwayat Al Hakim dan At-Tirmidzi]
Solat
Surah Thoha ayat 132
firman Allah:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ ﴿١٣٢﴾
" Dan perintahkanlah keluargamu serta umatmu mengerjakan sembahyang, dan hendaklah engkau tekun bersabar menunaikannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, (bahkan) Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan (ingatlah) kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa."
dalam satu hadis Rasulullah s.a.w yang kita kasihi yang berkaitan dan menyebut tentang solat bahawa Jabir bin Abdillah r.a berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda:
" Aku diberi lima perkara yang tidak diberikan kepada seorangpun nabi sebelumku. Aku ditolong dengan ditimbulkan ketakutan kepada musuh dari jarak satu bulan, dijadikanNya bumi bagiku sebagai masjid tempat solat dan suci. Siapapun dari ummatku, apabila masuk waktu solat, maka hendaklah ia solat, dihalalkanNya bagi rampasan perang padahal harta itu tidak halal bagi seorangpun sebelumku, aku diberi syafaat, dan nabi (selain aku) diutuskan hanya untuk kaumnya saja, sedang aku diutus kepada manusia keseluruhannya."
(riwayat Bukhari)
Didalam neraka Jahanam terdapat wadi(lembah) yang didalamnya adalah ular-ular bersaiz sebesar tengkuk unta dan panjangnya sebulan perjalanan. Kerjanya tiada lain selain mengigit orang-orang yang tidak menunaikan sembahyang semasa hidup mereka. Bisa ular itu pula menggelegak di dalam badan mereka selama 70 tahun sehingga luruh seluruh daging badan mereka. Kemudian tubuh mereka kembali pulih lalu digigit lagi dan begitulah seterusnya.
Seksaan bagi orang-orang yang meninggalkan solat
Orang yang tidak solat akan diseksa dengan 15 seksa; 6 daripadanya akan diterima di dunia, 3 seksa tatkala hendak mati, 3 seksa lagi ketika berada di alam kubur dan 3 seksa lagi di hari kiamat :-.
Enam seksa semasa hidup di dunia:
1. Ditinggalkan berkat pada umurnya.
2. Allah akan menghapuskan tanda-tanda orang salih daripada mukanya.
3. Tiap-tiap amal yang dikerjakan tiada diberikan pahala kepadanya.
4. Segala doanya tiada diperkenankan oleh Allah.
5. Dia dimarahi dan dibenci oleh segala makhluk di dunia.
6. Tidak ada baginya bahagian daripada doa orang-orang salih.
Tiga seksa tatkala hendak mati:
1. Dia mati dalam kehinaan.
2. Mati dalam keadaan yang sangat lapar.
3. Mati dalam keadaan yang sangat haus, sehinggakan jika dituangkan kepadanya sekelian air laut di dunia ini,
dia tetap merasa tidak puas
Tiga seksa ketika di alam kubur:
1. Disempitkan kuburnya.
2. Dinyalakan api, di mana dia akan membalik-balikkan dirinya didalam bara api itu.
3. Allah mngerahkan ular yang paling besar untuk menyebat mayat itu, yang mana dinamakan ular itu 'SHAJKUL
AKRAK' dan ular itu akan berkata, Sesungguhnya aku telah disuruh oleh Tuhanku untuk memukul engkau dari Subuh
hingga ke Zuhur, dipukul pula hingga ke Asar dengan sebab engkau sia-siakan waktu Zuhur. Begitulah seterusnya
tiap-tiap hari dan malam sehingga hari kiamat.
Tiga seksa di hari kiamat:
1. Allah memerintahkan malaikat azab agar menghela orang yang tidak sembahyang itu ke dalam neraka.
2. Allah menilik pada orang yang tidak sembahyang itu dengan tilikan yang murka.
3. Allah akan mengira orang yang tidak sembahyang itu dengan kiraannya yang paling berat dan terus disumbatkan ke
dalam nerakasebagaimana firman Allah yang bermaksud, "Apa yang membawa kamu ke neraka?
" Mereka menjawab, "Kami , tidak sembahyang."
MANHAJ HUKMULIBADAH..
Al-Quran
saudara2 sekalian..mari kita sama-sama bermuhasabah..berpesan-pesan kepada amar ma'ruf bahawa sesungguhnya jika kita melupakan kitab kita ini yang merupakan mukjizat dan panduan kita semasa di dunia maka pastilah kita akan menghadapi:
1. Kesesatan yang nyata
Hukum yang ada dalam al-Qur’an adalah petunjuk yang menyerahkan. Siapa yang tidak menggunakan al-Qur’an sebagai petunjuk bererti menggunakan selainnya. Padahal petunjuk yang sebenarnya adalah petunjuk Allah.
2. Kesempitan dan kesesakan
Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk mendapat petunjuk, Allah akan melapangkan dadanya. Sebaliknya yang tidak mendapat petunjuk, dadanya akan terasa sempit menghimpit seakan naik ke ketinggian langit.
3. Kehidupan yang sempit
Siapa yang tidak mengikuti petunjuk Allah, maka kehidupannya psti akan penuh dengan masalah. Mengikuti petunjuk buatan manusia sama saja menjerumuskan diri dalam kepentingan berbagai pihak sehingga akan terumbang-ambing di antara kepentingan-kepentingan itu.
4. Kebutaan mata hati
Mereka tidak dapat melihat kebenaran al-Qur’an bukan keraa mata mereka buta. Kebutaan yang lebih parah adalah apabila mengenai hati. Orang yang mengalami kebutaan secara lahir mungkin saja mendapatkan kehidupan yang baik selama hatinya tidak buta.
5. Kekerasan hati
Di antara kemukjizatan al-Qur’an adalah kekuatannya meluluhkan hati sehingga orang yang kasar dan kaku pun menjadi lembut karenanya. Contoh yang sangat ekstrim adalah ‘Umar bin al-Khatab ra. Di waktu amarah, kebencian dan permusuhannya berkobar-kobar justeru beliau tersentuh oleh al-Qur’an yang sedang dibacakan. Tidak tersentuhnya hati oleh al-Qur’an adalah akibat sekatan yang ada menjadikannya keras. Padahal bila sudah mengeras, hati lebih keras dibanding batu.
6. Kezaliman dan kehinaan
Meninggalkan hal yang bermanfaat dan menggantikannya dengan kesesatan merupakan tindakan kezaliman terhadap diri sendiri dan orang lain. Kezaliman ini akan menyebabkan hilangnya kehormatan sehingga orang akan hina di mata Allah dan di mata manusia.
7. Menjadi teman syaitan
Syaitan akan menjadi sangat senang apabila manusia meninggalkan kitab suci Tuhannya. Karena mereka akan menjadi teman yang paling akrab kepadanya.
8. Lupa diri
Akibat melupakan Allah, ia dilupakan Allah, padahal kepentingannya sangat tergantung pada Allah. Melupakan Allah sama dengan melupakan dirinya sendiri. Ini akan menimbulkan bahaya iaitu kefasikan dan kemunafikan. Semua itu mengakibatkan kesengsaraan di dunia dan di akhirat.
ﺑﺮﻙ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻲ ﻭﻟﻜﻢ باﻟﻘﺮﺃﻥ ﺍﻟﻌﻆﻴﻢ ﻭﻧﻔﻌﻨﻲ ﻭﺍﻳﺎﻛﻢ ﺑﺬﻛﺮ الله
Pompeii, Kisah Tragis Negara Homo Seksual!
Pompeii, Kisah Tragis Negara Homo Seksual!!
AlQur'an menceritakan kepada kita dalam ayat berikut bahwa tidak akan ada perubahan dalam hukum Allah.
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuatnya sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan,maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-natikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah. (QS Al-Fathir: 42-43)
Ya, tidak akan ditemukan perubahan dalam jalan (Hukum) Allah. Siapapun yang menentang hukum-Nya dan memberontak terhadap-Nya, akan menghadapi hukum suci yang sama. Pompeii, sebuah simbul kemerosotan dari Kekaisaran Romawi yang juga terlibat dalam perilaku sexual yang menyimpang dan berakhir pula sama halnya dengan kaum Lut.
Gunung Vesuvius adalah lambang negeri Italia, khususnya kota Naples. Gunung berapi ini juga dikenal sebagai “Gunung Kemalangan”. Dinamakan demikian karena sebuah kota yang berada di lerengnya pernah bernasib serupa dengan kota Sodom. Kota yang bernama Pompeii ini dihancurkan karena perilaku menyimpang penduduknya. Di masa lalu Pompeii adalah kota tujuan wisata bagi masyarakat kelas atas Kekaisaran Romawi dan menjadi lambang kemakmuran. Gaya arsitektur rumah-rumahnya sungguh memukau. Penduduk Pompeii sangatlah makmur. Sayangnya, bukannya bersyukur kepada Tuhan YME atas kemakmuran itu, mereka malah menjadi bangsa berperilaku menyimpang yang berkubang dalam kemaksiatan.
Pompeii sangat tersohor karena dua hal. Pertama, kota ini memiliki arena pertarungan gladiator kedua terbesar setelah coloseum yang ada di kota Roma. Pertarungan hingga mati ini mereka adakan hanya untuk menghibur kaum kaya. Di tahun-tahun awal sejarah agama Nasrani, oleh kaisar Romawi yang beragama politeisme, arena itu menjadi tempat mengadu sesama orang Nasrani hingga mati.
Kedua, Pompeii berlaku sistem perbudakan yang paling tidak manusiawi. Kaum bangsawan Pompeii kerap memaksa budak mereka untuk menjadi pelacur. Para budak di bawah kerap kerap dijadikan obyek perilaku homoseksual mereka.
Alhasil kekayaan yang mereka miliki malah menjadikan mereka bergelimang dalam kenistaan dan kemaksiatan, hingga suatu saat tiba-tiba Gunung Vesuvius meletus, lalu dalam sekejap laharnya menenggelamkan kota Pompeii beserta isinya. Begitu cepatnya bencana itu terjadi, sehingga seluruh penduduk Pompeii tidak ada yang dapat melarikan diri. Bahkan, mereka yang sedang duduk tidak sempat untuk sekedar berdiri.
Kejadian memukau ini baru bisa diketahui 2000 tahun setelah itu peristiwa itu terjadi. Kejadian itu mulai terkuak ketika seperempat pertama abad ke-20, para arkeolog mulai menggali sisa reruntuhannya dari bawah berton-ton batuan vulkanis. Apa yang mereka temukan adalah sejarah berusia 2000 tahun yang benar-benar terawetkan. Bencana ini menimpa Pompeii sangat tiba-tiba hingga semuanya tetap dalam keadaan yang sama seperti 2000 tahun yang lalu, seolah perjalanan waktu telah terhenti.
Meskipun letusan Vesuvius sangat mengerikan, tak seorang pun sempat melarikan diri, tapi mereka membatu di tempat mereka berada. Muka, bahkan gigi dari sejumlah tubuh ini masih utuh sama sekali. Hampir semua wajah mereka menampakkan mimik keterkejutan dan ketakutan. Sebuah keluarga yang sedang makan bersama membatu seketika itu juga. Bahkan makanan di atas meja ikut terawetkan.
Harun Yahya
Subscribe to:
Posts (Atom)
.
Rasulullah s.a.w bersabda :
” Sesungguhnya seorang hamba yang bercakap sesuatu kalimah atau ayat tanpa mengetahui implikasi dan hukum percakapannya, maka kalimah itu boleh mencampakkannya di dalam Neraka lebih sejauh antara timur dan barat” ( Riwayat Al-Bukhari, bab Hifdz al-Lisan, 11/256 , no 2988)
” Sesungguhnya seorang hamba yang bercakap sesuatu kalimah atau ayat tanpa mengetahui implikasi dan hukum percakapannya, maka kalimah itu boleh mencampakkannya di dalam Neraka lebih sejauh antara timur dan barat” ( Riwayat Al-Bukhari, bab Hifdz al-Lisan, 11/256 , no 2988)