Nabi Methusaleh (969 Tahun)
Anak kepada Henokh dalam Perjanjian Lama. Metusalah hidup 969 tahun (Kej. 5:21–27; Luk. 3:37; Musa 8:7). Seorang nabi yang soleh yang ditinggalkan di atas bumi ketika Kota Henokh diambil ke syurga. Dia tetap tinggal di atas bumi untuk menyediakan keturunan yang melaluinya Nuh akan datang (Musa 8:3–4).
Beliau adalah manusia tertua yang pernah disebutkan di dalam Perjanjian Lama. Dia adalah datuk kepada Nabi Nuh. Methuselah menjadi seorang ayah ketika berumur 187 tahun, hidup sehingga berumur 969 tahun, dan meninggal ketika peristiwa Banjir Besar terjadi ketika zaman Nabi Nuh a.s.
Metusalah dalam kitab Kejadian dari Kitab Suci Ibrani dan Alkitab, adalah salah satu anak dari Henokh dan isterinya yang tidak disebutkan namanya. Nama Metusalah disebut tujuh kali dalam Alkitab, lima kalinya di kitab Kejadian, sekali di I Tawarikh dan sekali di dalam kitab Lukas. Metusalah adalah orang yang berumur terpanjang yang tercatat di dalam Alkitab (meninggal saat berusia 969 tahun)
Ia mempunyai seorang anak yang bernama Lamekh pada usia 187 tahun[ dan hidup hingga mencapai usia 969 tahun, 1.656 tahun setelah Adam. Tahun kematian Metusalah bertepatan dengan tahun terjadinya Air Bah pada zaman Nuh (Kejadian 5:25-27). Dia hidup semasa dengan Adam selama 243 tahun, dengan Henokh selama 300 tahun, dan dengan Nuh selama 600 tahun.
Pada zaman Metusalah disebutkan bahawa manusia mulai memanggil nama TUHAN
Melalui keturunan Metusalah dilahirkanlah Nuh, Ibraham, Daud, hingga akhirnya menurunkan Isa a.s.
.
.
Rasulullah s.a.w bersabda :
” Sesungguhnya seorang hamba yang bercakap sesuatu kalimah atau ayat tanpa mengetahui implikasi dan hukum percakapannya, maka kalimah itu boleh mencampakkannya di dalam Neraka lebih sejauh antara timur dan barat” ( Riwayat Al-Bukhari, bab Hifdz al-Lisan, 11/256 , no 2988)
” Sesungguhnya seorang hamba yang bercakap sesuatu kalimah atau ayat tanpa mengetahui implikasi dan hukum percakapannya, maka kalimah itu boleh mencampakkannya di dalam Neraka lebih sejauh antara timur dan barat” ( Riwayat Al-Bukhari, bab Hifdz al-Lisan, 11/256 , no 2988)