Allah hanya akan menitipkan perbendaharaan-Nya di hati hamba yang memandang kefakiran bersama-Nya sebagai kekayaan, dan kekayaan tanpa kebersamaan dengan-Nya sebagai kefakiran; kehinaan di dalam kecintaan-Nya sebagai kemuliaan, dan kemuliaan di dalam kebencian-Nya sebagai kehinaan; dan kepedihan di dalam kasih-Nya sebagai kenikmatan dan kenikmatan di dalam penelantaraan-Nya sebagai kepedihan.
(Ibnu Qayyim al-Jauziyyah)